Lima tahun berikutnya, Nano menerima penganugerahan lagi bidang Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia.
Menteri Pariwisata dan Budaya juga memberikannya Piagam Penghargaan sebagai Seniman dan Budayawan Berprestasi pada tahun 1999.
Tak hanya tingkat nasional, Nano diketahui pernah mendapatkan penghargaan Internasional dengan meraih Sea Write Award dari Raja Thailand di Bangkok atas karyanya Semar Gugat pada 1998.
Keluarga yang Ditinggalkan
Nano Tiarno meninggalkan seorang istri, aktris terkenal Ratna Riantiarno dan tiga orang anak, yakni Rangga Riantiarno, Rasapta Chandrika, dan Gagah Tridarma Prastya.
Ratna Riantiarno selaku istri almarhum mengatakan bahwa meski dalam keadaan lemah, Nano tidak mengurangi semangat berkeseniannya.
Di tahun 2023 ini, Nano rencananya akan melakukan pementasan teater di Papua yang berjudul “Matahari di Papua”.
Nano sudah merampungkan naskah udan bahkan sudah memikirkan keberlanjutan rencana pementasan tersebut.
“Belakangan baru sadar itu sulit diwujudkan mengingat kondisinya. Mas Nano lalu bilang, naskahnya nanti dia selesaikan di tempat lain,” kenang Ratna.
(IAP/MIC)