Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Tes Calistung Syarat Masuk SD Dihapus, Ini Alasan Mendikbud Nadiem Makarim

Ilustrasi Mendikbud Nadiem Makarim menghapus tes calistung untuk masuk SD sebagai Program Merdeka Belajar Episode ke -24. (The Andal Post/Aini)

ANDALPSOT.COM – Tes baca, tulis, dan hitung (calistung) diminta untuk ditiadakan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim Anwar.

Tes ini ditiadakan untuk penerimaan-penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan sederajat.

Nadiem mengatakan bahwa upaya penghapusan tes ini merupakan salah satu dari tiga target capaian Program Merdeka Belajar Episode ke-24 dengan tajuk “Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan”. 

Ia mengatakan, adanya penghapusan tes ini dapat memberikan motivasi kepada seluruh calon peserta didik karena memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan dasar. 

Nadiem mengatakan bahwa penghapusan tes calistung ini berawal dari kekesalannya soal kesalahpahaman yang telah mengakar pada masyarakat, bahwa calistung merupakan satu-satunya kemampuan terpenting bagi anak usia dini.

Banyak anak dinilai kehilangan hak untuk memperoleh pendidikan. Terlebih lagi, anak-anak yang memasuki usia periode emas menjadi tidak percaya diri dan bahkan merasa bodoh karena tidak bisa calistung.

Maka itu, menurut Nadiem, kesalahan besar ini sudah tidak dapat ditoleransi lagi.

“Kehilangan kepercayaan diri itu fatal. Jadi saya minta semua pihak untuk segera menghilangkan error besar ini,” ucap Nadiem saat peluncuran Program Merdeka Belajar Episode ke-24 di Jakarta, Selasa (28/3/2023).

Nadiem juga mengatakan bahwa tidak ada standar kelulusan bagi peserta didik PAUD. Anak-anak yang dinilai belum atau tidak lancar calistung harus tetap diterima di sekolah.

Pelajaran yang Diterapkan

Proses belajar yang diterapkan kepada anak-anak terdiri dari enam hal. Hal tersebut mulai dari mengetahui ajaran pokok agama, keterampilan sosial dan berbahasa, kematangan emosi, hingga mengembangkan kemampuan motorik.

Dengan begitu, capaian kurikulum Indonesia bukan lagi berfokus pada hafalan. Tetapi siswa memiliki kemampuan bernalar dan pada akhirnya meningkatkan literasi anak-anak yang selama ini ketinggalan dari negara lain. 

Untuk membantu para guru agar lebih mudah menjalankan perubahan ini, Kemendikbudristek telah menyiapkan buku teks yang telah diperbarui dengan memperbanyak visual dan alur cerita. 

“Memang akan lebih rumit untuk dipahami guru, tapi bukan alasan untuk tidak menguasainya,” tutur Nadiem. 

Banyak Sekolah masih Mengadakan Tes Calistung

Salah satu kondisi sekolah di Indonesia yang berada di lokasi pelosok sehingga sulit untuk digapai karena ada rintangan jarak dan telekomunikasi. (Sumber: Baitul Maal Hidayatullah/BMH)

Heru Purnomo, selaku Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengakui masih banyak sekolah negeri maupun swasta yang menerapkan tes calistung.

Alasan mereka masih mengadakan tes calistung karena merasa bahwa anak-anak yang sudah bisa calistung tidak akan menghambat proses belajar mengajar. 

“Daripada yang belum bisa calistung, nanti ngajarinnya susah,” ucap Heru menjelaskan alasan kenapa banyak sekolah masih menerapkan hal ini.

Kekeliruan paham inilah yang kemudian diinterpretasi oleh pihak pengajar PAUD untuk memaksa para muridnya lancar membaca, menulis, dan berhitung.

Padahal, kurikulum untuk siswa kelas 1 dan 2 SD masih seputar bermain sambil belajar. 

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.