ANDALPOST.COM — Beberapa waktu lalu, India terus diberitakan menjadi tujuan investasi bagi perusahaan-perusahaan besar. Negara berkembang yang terletak di Asia Selatan tersebut memang sejak beberapa dekade terakhir menjadi lokasi investasi negara-negara.
Dulunya, India dikenal sebagai pusat produksi bagi perusahaan fast fashion dunia. Seperti Zara, H&M, dan beberapa perusahaan retail fashion lainnya.
Kini, India telah memutuskan untuk fokus juga ke industri-industri lainnya seperti teknologi dan otomotif.
Namun, sebagai negara yang menjadi tujuan investasi baru, India kelimpungan menghadapi bujuk rayu dari perusahaan-perusahaan besar.
Pemerintah India pun tidak mau gegabah untuk menentukan perusahaan manakah yang boleh melakukan investasi di negara tersebut.
Pada akhir Juli lalu, India baru saja dikabarkan menolak rencana investasi perusahaan otomotif asal China, BYD.
Pemerintahan India menolak proposal perusahaan pembuat mobil asal China yang berniat untuk mendirikan pabrik senilai US$1 Miliar atau senilai Rp 15 Triliun.
Dalam rencana kerjasama tersebut, BYD berencana akan merakit atau memproduksi 10.000 – 15.000 unit mobil listrik setiap tahunnya.
Namun, di tengah perjalanan, pemerintah India membatalkan rencana investasi tersebut.
Alasan penolakan Pemerintah India dalam rencana investasi tersebut ialah para pejabat India mengkhawatirkan implikasi keamanan nasional dari kendaraan buatan China dan data yang dapat mereka kumpulkan.
Bahkan menurut salah seorang pejabat India yang dilansir dari Reuters, Pemerintah India tidak nyaman dengan perusahaan pembuat mobil asal China.
Kebimbangan Pemerintah India
Di tengah kegalauan Pemerintah India, Tesla selaku salah satu pionir di industri kendaraan listrik sukses mengambil hati Pemerintah India.
Meski belum menandatangani nota kerjasama, Tesla saat ini memiliki peluang cukup besar sebab tidak memiliki saingan untuk investasi kendaraan listrik.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.