Selain itu, situs ini mencakup aula yang didedikasikan untuk pertemuan dan diskusi, menekankan pentingnya dialog dalam menyelesaikan masalah dan menjaga perdamaian.
Ruang ini menjadi titik fokus bagi keterlibatan masyarakat, menumbuhkan lingkungan di mana konflik dapat diatasi dan solusi dapat dicari secara kolektif.
Semboyan Suku Kaili, “Nosarara Nosabatutu”, yang artinya “Kita bersaudara, kita bersatu”, merangkum esensi monumen tersebut.
Hal ini mencerminkan hidup berdampingan secara damai berbagai suku di Palu. Antara lain masyarakat Kaili, Bugis, Toraja, Mandar, Gorontalo, Manado, Jawa, Arab, dan Tionghoa.
Motto “Ini adalah kenyataan hidup, yang mencerminkan komitmen masyarakat untuk bersatu, terlepas dari latar belakang mereka yang beragam,” pun bukan hanya sekadar slogan.
Tugu Perdamaian Nosarara Nosabatutu dan Gong Perdamaian Nusantara berdiri sebagai simbol kuat perdamaian dan persatuan di Sulawesi Tengah.
Mereka mewujudkan semangat kebersamaan dan keharmonisan antar budaya dan agama yang beragam. Lalu memperkuat keyakinan bahwa melalui pemahaman, dialog, dan aspirasi bersama, perdamaian abadi dapat dicapai di kawasan.
Seiring dengan kemajuan Sulawesi Tengah, monumen-monumen ini menjadi pengingat akan kekuatan yang ada dalam persatuan. Juga memberikan harapan akan masa depan yang lebih cerah dan harmonis. (azi/ads)