ANDALPOST.COM – Usaha kecil dan menengah di Selandia Baru kini sangat optimis pada masa depan mereka, meskipun adanya kondisi ekonomi yang sulit.
Dari laporan platform sumber daya manusia, MyHR, terlihat bahwa sebanyak hampir dari dua pertiga usaha kecil serta menengah atau UKM yang dilakukan survei, memiliki harapan kalau bisnisnya akan meningkat di tahun depan.
Sebanyak hampir setengah pemilik bisnis UKM merasa bahwa kondisi bisnisnya akan membaik. Sementara sebanyak 38% berpendapat bahwa kondisi bisnisnya akan tetap sama.
Dalam laporan ini, terlihat juga sebanyak 60% bisnis diperkirakan akan menaikkan gaji dalam enam bulan ke depan.
Data yang Digunakan untuk Laporan
Laporan ini disusun menggunakan data dari lebih dari 1.200 bisnis, dengan karyawan sebanyak lebih dari 29.000 orang, dilengkapi dengan wawasan dari lebih dari 400 pemilik dan manajer bisnis yang disurvei.
Kepala Eksekutif MyHR, Jason Ennor, mengatakan bahwa data ini menggambarkan “gambaran optimis yang hati-hati,” dari lanskap UKM.
Ia juga berpendapat bahwa tantangan pasca-Covid yaitu di tahun 2022, sudah cukup terselesaikan.
“Saya pikir keluar dari tantangan pasca-Covid, 2022 sudah cukup terselesaikan,” katanya..
“Dan kemudian peristiwa cuaca di awal 2023 benar-benar mengetuk akhir tahun keuangan,” tambahnya.
Ennor mengatakan bahwa dirinya sangat terkejut melihat adanya ekspektasi mengenai pendapatan bisnis yang justru tumbuh, di tengah kondisi perdagangan yang sulit.
Ia percaya bahwa ini merupakan kisah dari dua sisi.
“Saya pikir mereka yang benar-benar menderita dengan penurunan permintaan, kenaikan harga – terutama kenaikan suku bunga. Sayangnya, banyak dari bisnis tersebut telah bangkrut,” jelasnya.
Ia kemudian melanjutkan bahwa pihaknya telah melihat bahwa pada saat pandemi, bisnis-bisnis kecil sampai ada yang meminjam modal agar dapat bertahan.
“Yang kami lihat adalah ada bisnis yang meminjam melalui Covid untuk bertahan di tahun-tahun sulit itu, dan mereka meminjam secara pribadi. Ini adalah sektor bisnis kecil yang sedang kita bicarakan,” tuturnya.
Ennor menjelaskan bahwa ketika suku bunga naik, mereka yang memiliki hutang harus menghadapi “masalah nyata”, dan akibatnya bisnisnya harus tutup.
Di sisi lain, sebagian besar bisnis yang mengikuti survei adalah bisnis yang bertahan dan menantikan “masa depan yang positif”.
Ennor menjelaskan bahwa kondisi saat ini merupakan titik paling rendah, meskipun baru-baru ini terdapat lonjakan aktivitas restrukturisasi.
Kegiatan restrukturisasi ini berakhir pada bulan Maret. Akan tetapi, pada bulan April, Mei, dan Juni, terlihat peningkatan yang nyata.
Ennor mengatakan bahwa dirinya percaya bahwa karena ada peristiwa cuaca baru-baru ini, aktivitas restrukturisasi diharapkan melambat dan mendatar.
Warga Selandia Baru Lebih Suka Berbisnis UKM
Sebuah studi di Selandia Baru yang dilakukan oleh spesialis pinjaman usaha kecil, Prospa, dan dilakukan oleh YouGov, meneliti tentang dampak pandemi Codi-19 terhadap sektor usaha kecil.
Dari penelitian yang dilakukan pada 19 April sampai 3 Mei 2021 ini, ditemukan sebanyak 95% responden survei mengatakan bahwa mereka senang menjadi pemilik usaha kecil di Selandia Baru.
Alasan paling populer mereka menyukai hal ini adalah karena 73% bilang mereka menjadi bos bagi diri sendiri. Lalu 66% jadwal fleksibel, 47% mengejar passion, dan 17% menciptakan lapangan kerja untuk orang lain.
Optimisme yang Sama pada 2022
Dalam survei Canstar di tahun 2022 terhadap 700 pemilik usaha kecil. Sebanyak 49% dari mereka mengatakan optimis mengenai masa depan bisnisnya, semetara 16% menyatakan negatif.
Kemudian, sisa dari mereka mengatakan bahwa mereka merasa netral akan hal ini.
Survei Canstar ini menunjukkan banyak pemilik usaha kecil yang merasa positif mengenai masa depan bisnisnya. Apalagi setelah mereka bertahan dari perjuangan beberapa tahun terakhir.
Ketangguhan para pemilik bisnis Selandia Baru ini signifikan, mengingat adanya tekanan yang intens terhadap inflasi, pasar tenaga yang ketat, dan masalah rantai pasokan yang berkelanjutan. (ala/fau)