ANDALPOST.COM — Dalam perkembangan finansial, saham PT Unilever Indonesia Tbk mengalami tekanan penurunan di tengah kampanye boikot global yang menargetkan produk-produk yang dianggap pro-Israel.
Gerakan ini merupakan bagian dari kampanye Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS) yang mendapat perhatian di seluruh dunia.
Katalis boikot ini adalah keputusan Ben & Jerry’s, anak perusahaan Unilever, yang menghentikan penjualan es krim di Tepi Barat, Palestina, pada tahun 2021.
Meski dinilai sebagai upaya menunjukkan rasa hormat terhadap Palestina, pernyataan CEO Unilever Alan Jope bahwa Ben & Jerry’s sedang menjajaki kolaborasi baru dengan Israel telah memicu kontroversi.
Analis pasar memperkirakan dampak buruk terhadap penjualan produk Unilever Indonesia akibat boikot tersebut. Juga Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai saham Unilever Indonesia saat ini sedang dalam fase downtrend.
“Kami pikir yang terbaik adalah mereka tidak terlibat dalam perdebatan,” petikan komentar Jope kala itu, dikutip dari Reuters, Rabu (15/11/2023).
Fatwa MUI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa yang melarang penggunaan produk pro-Israel atau merek afiliasinya. Lalu mendesak umat Islam untuk menghindari produk yang mendukung Israel.
Hal ini lantas mempengaruhi saham Unilever Indonesia, serta manajemen lokal Starbucks.
Seruan boikot muncul dari ketegangan geopolitik antara Hamas dan Israel, ditambah dengan fatwa MUI baru-baru ini.
Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, berharap Unilever dapat menunjukkan dukungan terhadap perdamaian untuk membangun kepercayaan. Terutama di kalangan investor Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Dukungan Unilever terhadap Israel telah menimbulkan kontroversi, dengan masyarakat secara aktif berkampanye untuk memboikot produk-produk Unilever. Mengingat mereka secara tidak langsung mendukung Israel dan berpartisipasi dalam serangan yang sedang berlangsung di Gaza.
Dalam konteks ini, saham Unilever Indonesia mengalami penurunan, dan pelaku pasar menyatakan kekhawatiran bahwa boikot tersebut dapat berdampak pada kinerja UNVR.
Analis juga menyarankan agar Unilever Indonesia melakukan inovasi untuk mencegah stagnasi penjualan produk.
Situasi ini mencerminkan interaksi yang kompleks antara geopolitik, keputusan perusahaan, dan dinamika pasar, yang berpotensi berdampak pada kepercayaan investor dan perilaku konsumen.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.