Menanggapi hal tersebut, Kemenkes pun telah melakukan berbagai langkah antisipatif. Diantaranya melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua Tengah dan Dinas Kesehatan di 7 kabupaten terkonfirmasi.
Kemudian, melakukan peningkatan surveilans aktif, menaikkan cakupan imunisasi, dan memenuhi kelengkapan fasilitas pelayanan Kesehatan (fasyankes). Tujuannya adalah untuk mempersiapkan kasus campak agar dapat ditangani secara tepat.
Sementara itu, Dirjen Maxi mengatakan, pihaknya langsung bergegas setelah mendapatkan laporan terkait kasus tersebut. Mereka pun langsung sigap mengupayakan tindak lanjut dalam menangani kasus tersebut supaya tidak semakin meluas.
Menurutnya, imunisasi Measles Rubella saat ini masih menjadi upaya atau cara yang sangat andal dalam mencegah penyakit campak dan rubella. Maka dari itu, ia pun mengajak masyarakat untuk berbondong-bondong melakukan imunisasi MR di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Tentang Penyakit Campak
Dr. Mulya Rahma Karyanti, Sosialis Kesehatan Anak Divisi Epidermologi memberikan penjelasan mengenai penyakit campak dalam video di akun YouTube RSCM.
Melalui Video yang diberi judul “Ngobrol Bareng RSCM: Campak pada Anak Apakah Berbahaya?” tersebut, ia mengatakan, penyakit campak adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Morbilli.
“Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Morbilli ini penularannya dari udara. Penyakit campak menimbulkan gejala yang biasanya membutuhkan waktu satu mingguan,” ujar Dr. Mulya Rahma, dikutip pada Rabu, (7/3).
Mulya melanjutkan, pada hari ketiga dan kempat, akan muncul gejala ruam bercak papula pada daerah badan yang timbul dari telinga. Kemudian ke bagian depan badan dan belakang punggung, yang disertai batuk pilek, mata berair, dan diare.
Sosialis Kesehatan Anak tersebut juga menjelaskan, apabila terdapat anak yang mengalami tanda atau gejala tersebut, maka harus waspada terkena campak. Penyakit campak tentu berbahaya pada anak karena dikhawatirkan akan bisa terjadi komplikasi. (rnh/ads)