ANDALPOST.COM – Zimbabwe menjadi negara pertama di Afrika dan negara ketiga di dunia yang telah menyetujui penggunaan long-acting cabotegravir (CAB-LA). Dengan tujuan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit pra-pajanan (PrEP) untuk pencegahan HIV pada Kamis (20/10/2022).
Melansir dari situs resmi who.int, CAB-LA adalah produk PrPP ketiga yang direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization) untuk pencegahan penyakit HIV. Hal tersebut diumumkan oleh Medicines Control Authority of Zimbabwe (MCAZ).
Obat ini dipercaya menjadi terobosan baru yang aman dan sangat efektif dalam mengurangi risiko tertular HIV. Dengan hasil, dapat disuntikkan setiap dua bulan sekali. Organisasi kesehatan dunia, WHO, pun memberikan apresiasi kepada Zimbabwe atas keputusan terobosan tersebut.
“WHO menyambut kabar baik Zimbabwe mengenai persetujuan penggunaan CAB-LA yang dapat memberikan pilihan lebih aman dan efektif untuk pencegahan HIV,” kata Meg Doherty selaku Direktur Program Global HIV.
Ia menyatakan bahwa hepatitis dan infeksi dapat menular secara seksual. Menurutnya, obat tersebut direkomendasikan kepada orang-orang yang berisiko lebih besar tertular HIV dan AIDS.
Obat Penyelamat Zimbabwe
Kantor WHO Zimbabwe menyoroti bahwa obat pencegah HIV itu dapat menyelamatkan jutaan orang, jika dibeli dan dirasakan manfaatnya dengan baik.
“Informasi yang disampaikan untuk mendukung persetujuan adalah dengan menunjukkan produk tersebut aman, efektif dan berkualitas baik. MCAZ memberikan keyakinan penuh bahwa produk tersebut akan bermanfaat bagi mereka yang menerimanya,” kata Farai Masekela, Kepala Evaluasi dan Pendaftaran MCAZ.
Di sisi lain, mengutip dari Healthcare Afrika, obat tersebut telah memberikan harapan baru untuk mengurangi lebih banyak kematian di Afrika Selatan. Hal ini disebabkan oleh CAB-LA yang efektif dalam mengurangi penularan di antara orang yang paling berisiko tertular HIV.
Penggunaan CAB-LA dalam Mencegah HIV
Menurut statistik dari United Nations Population Fund (UNFPA), jumlah total kasus penyakit HIV di Zimbabwe telah menurun dari 26,5% pada tahun 1997. Tetapi, kasus tersebut menjadi 14,3% saat ini, yang merupakan tingkat total kasus HIV tertinggi kelima di dunia.
“Perjuangan negara melawan HIV adalah dengan melihat kematian yang disebabkan AIDS turun dari sekitar 130.000 pada tahun 2002 menjadi 20.000 pada tahun 2021,” terang salah seorang staf Kantor Negara WHO Zimbabwe.
Sementara itu, Konferensi Internasional tentang AIDS dan Infeksi Menular Seksual di Afrika (ICASA) menginformasikan bahwa pada bulan Desember tahun depan, Zimbabwe akan menjadi tuan rumah KTT konferensi untuk kedua kalinya.
Jaringan Agenda Pembangunan untuk Anak Perempuan dan Perempuan di Afrika (DAWA), Nyasha Sithole, menegaskan bahwa percepatan pencegahan HIV untuk anak perempuan dan perempuan muda memerlukan perluasan pilihan yang tersedia.
“Saya bangga dan bahagia karena negara saya sendiri telah menyetujui penggunaan CAB-LA. Ini akan berkontribusi pada sekeranjang alat pencegahan HIV kami yang bekerja untuk kami sebagai anak perempuan dan perempuan di Zimbabwe,” katanya lebih lanjut.
Pada bulan Juni 2022, WHO merekomendasikan negara-negara untuk merangkul CAB-LA. Hal demikian, setelah mengamati kenaikan yang cukup besar terkait infeksi HIV baru secara global.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.