Selain itu, hal lain yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah pemberian edukasi kepada ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak.
Jadi, bukan hanya pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal saja.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengejar penurunan angka stunting hingga 14% di tahun 2024.
Di samping itu, selain permasalahan gizi ada juga faktor lain yang mempengaruhi penurunan stunting, seperti inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian protein hewani dan konseling gizi.
Pada 2022 terjadi peningkatan proporsi yaitu inisiasi menyusui dini yakni dari 47,2% pada 2021 menjadi 60,1%. Anak yang diberi ASI menjadi 96,4% dari 73,5% pada 2021.
Pemberian sumber protein hewani menjadi 69,9% pada 2022 dari yang sebelumnya 35,5% pada 2021, dan konseling gizi 32% pada 2022 dari sebelumnya 21,5% pada 2021.
Terakhir, terapat upaya pemerintah yang memiliki 11 intervensi spesifik stunting yang ditargetkan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6 hingga 23 bulan.
‘’Pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan pengobatan stunting,’’ ujar Dirjen Endang.
(rnh/fau)