ANDALPOST.COM – Negara-negara asing bergegas untuk mengeluarkan diplomat dan warganya dari Sudan saat faksi-faksi militer yang bersaing bertempur di ibu kota Khartoum, Minggu (23/4/2023).
Kekerasan yang terus menerus itu membuat jutaan penduduk terjebak di dalam rumah mereka, sehingga banyak yang kehabisan air dan makanan.
AS dan Inggris mengumumkan pada hari Minggu (23/4/2023) bahwa mereka telah menerbangkan diplomat ke luar dari Sudan.
Prancis, Jerman, Italia, dan Spanyol juga telah mengevakuasi diplomat dan warga negara lainnya.
Ada banyak permintaan bantuan dari banyak mahasiswa asing, mulai dari Afrika, Asia dan Timur Tengah yang juga terjebak di Khartoum.
Koordinasi Bantuan
Sementara itu, ada laporan bahwa konektivitas internet hampir putus total di Sudan, yang dapat sangat menghambat koordinasi bantuan bagi mereka yang terjebak di Khartoum dan kota-kota lainnya.
Konvoi panjang kendaraan dan bus PBB terlihat meninggalkan Khartoum menuju timur ke Port Sudan di Laut Merah. Jaraknya 850 km melalui jalan darat, membawa “warga negara dari seluruh dunia”, menurut seorang pengungsi dari Sierra Leone.
Wakil Menteri Luar Negeri untuk Manajemen John Bass mengatakan pada hari Sabtu bahwa menutup sementara kedutaan adalah “satu-satunya pilihan yang benar-benar layak bagi kami dalam kasus ini.”
“Akibat dari intensitas konflik, dan tantangan yang dialami personel diplomatik kami dalam melakukan operasi dasar. Dan ketidakpastian tentang ketersediaan pasokan utama seperti bahan bakar dan makanan di masa mendatang. Kami dengan enggan memutuskan bahwa sudah waktunya untuk menghentikan operasi,” papar John kepada wartawan dalam panggilan pengarahan.
Kondisi di Sudan
Perebutan kekuasaan yang ganas antara tentara reguler dan pasukan paramiliter yang kuat telah menyebabkan kekerasan di seluruh Sudan selama lebih dari seminggu.
Letusan pertempuran pada 15 April 2023 antara tentara dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) telah memicu krisis kemanusiaan. Setidaknya, 420 orang tewas sementara pertempuran itu meninggalkan tank hangus, memusnahkan bangunan dan toko yang telah dijarah dan dibakar.
Namun jumlah korban tewas diyakini jauh lebih tinggi. Pasalnya, banyak orang berjuang untuk mendapatkan perawatan kesehatan, sementara sebagian besar rumah sakit kota terpaksa ditutup akibat pertempuran.
Beberapa gencatan senjata yang tampaknya telah disetujui oleh kedua belah pihak diabaikan. Termasuk jeda tiga hari untuk menandai hari raya Idul Fitri, yang dimulai pada hari Jumat.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.