ANDALPOST.COM – Baru-baru ini, dikabarkan seorang jemaah haji Indonesia berusia 70 tahun mengalami jatuh, hingga mengakibatkan dirinya cedera.
Saat menjalankan ibadah di Masjidil Haram, Dahlia Binti Awi, jemaah haji asal kloter JKS 4 mengaku terpeleset.
Akibatnya, ia pun mendapatkan patah tulang di pergelangan tangan kanan.
“Saya terpeleset saat berjalan di Masjidil Haram. Kata dokter, tulang saya patah dan butuh dioperasi. Tapi saya tidak mau dioperasi,” kata Dahlia melalui situs resmi Kemenkes pada Rabu (07/06/2023).
Menanggapi hal demikian, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) pun buka suara terkait hal ini.
Dikatakan pihak KKHI, bahwa kasus cedera merupakan salah satu masalah kesehatan yang kerap terjadi pada jemaah haji.
Tercatat hingga pelaksanaan haji ke-14, pihaknya telah menangani sebanyak lima jemaah haji yang cedera akibat terjatuh.
Hal tersebut tentu harus diwaspadai agar tidak menghambat rangkaian pelaksanaan ibadah haji yang harus dijalankan.
Seperti diketahui, ibadah haji merupakan ibadah yang dalam pelaksanaannya membutuhkan serangkaian aktivitas fisik.
Oleh karena itu, kesehatan dan kebugaran para jemaah menjadi prioritas utama demi terlaksananya ibadah dengan baik, lancar, dan khusyuk.
Terlebih lagi, tahun ini menjadi tahun tertinggi yang mencatat sebanyak 66.943 orang atau berkisar 45,7 persen jemaah haji lanjut usia (lansia).
Hal itu merupakan rekor jumlah jemaah haji lansia paling banyak jika dibandingkan dengan empat tahun terakhir.
Oleh karena itu, petugas kesehatan yang mendampingi para jemaah pun memiliki tugas yang lebih ekstra dalam menjaga kesehatan mereka agar tetap bugar dan prima.
Saran Penanganan dari Dokter Spesialis Orthopedi di KKHI Makkah
Meninjau permasalahan kesehatan pada jemaah haji lansia yang mengalami cedera, ada beberapa tanggapan dan saran tindakan dari dokter spesialis orthopedi di KKHI Makkah terkait hal tersebut.
- Melakukan operasi pemasangan pen
dr. Muhammad Sakti, Sp.OT (K) selaku Dokter Spesialis Orthopedi di KKHI Makkah, menyampaikan bahwa pasien didiagnosis mengalami patah tulang di bagian pergelangan tangan (distal radius). Hal ini juga disertai dengan pergeseran tulang (dislokasi).
Dalam prosedur tetap penanganannya, dr.Sakti memberikan solusi untuk menempuh jalur operasi pemasangan pen.
- Reposisi tulang dan pemasangan gips
dr. Sakti juga menyarankan tindakan kepada jemaah yang cedera, yaitu melakukan reposisi tulang, baru kemudian dilakukan pemasangan gips. Hal ini karena sebelumnya pasien telah melakukan penolakan untuk pemasangan pen.
“Sebenarnya protapnya harus dilakukan operasi pemasangan pen, hanya saja pasien menolak. Oleh karenanya diambil opsi kedua yaitu mengembalikan tulang ke posisinya kemudian dipasang gips,” ujar dr. Sakti.
dr. Sakti menambahkan, tulang manusia akan mengeluarkan sejenis lem atau getah dan akan mengering. Kemudian, secara alami akan terjadi proses perekatan tulang bergantung pada usia pasien.
Terkait waktu penyembuhannya, biasanya bergantung pada usia jemaah. Proses perekatan tulang biasanya cukup dalam waktu satu minggu.
Namun, proses perekatan juga bisa membutuhkan waktu hingga lima bulan apabila pasien tergolong kelompok Lansia.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.