ANDALPOST.COM – Sabtu 9 Juni 2023, Amerika Serikat melalui pejabat administrasi Joe Biden, menuduh bahwa China melakukan proses mata-mata dari negara Kuba. Selain itu China juga sudah melakukan pengumpulan intelijennya di negara tersebut sejak tahun 2019.
“Ini adalah masalah yang sedang berlangsung, dan bukan perkembangan baru,” jelas pejabat perwakilan administrasi Biden itu.
“RRT (Republik Rakyat Tiongkok) melakukan peningkatan fasilitas pengumpulan intelijennya di Kuba pada tahun 2019. Ini didokumentasikan dengan baik dalam catatan intelijen,” tambahnya.
Mendukung tuduhan pemerintah Amerika tersebut, The Wall Street Journal juga pernah mempublikasikan hasil laporan mereka pada Kamis lalu. Dalam publikasi itu disebutkan bahwa terdapat kesepakatan rahasia yang telah dicapai antara pemerintah China dan Kuba.
Disebutkan bahwa, kesepakatan tersebut mencakupi pembangunan fasilitas penyadapan elektronik di pulau itu kira-kira 100 mil (160 km) dari Florida, meskipun laporan dari The Wall Street Journal tersebut masih diragukan oleh pemerintah AS.
“Saya telah melihat laporan pers itu, itu tidak akurat,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby.
Dirinya menjelaskan sikap yang dilakukan oleh Amerika adalah mengamati negara yang berada di bawah pimpinan Xi Jinping dengan sangat cermat.
Pengamatan yang sudah dilakukan oleh pihak AS bersamaan dengan pengaruh China yang semakin meluas saat ini. Sehingga menurut pihak Amerika, perkembangan dan penyebaran pengaruh yang besar dari China membutuhkan perhatian yang besar dari AS.
Saat ini pihak AS sangat yakin dengan upaya yang mereka lakukan untuk menangani misi mata-mata yang dilakukan oleh China. Bahkan administrasi Joe Biden itu juga menjelaskan bahwa, beberapa kemajuan melalui diplomasi dan tindakan lain yang tidak ditentukan.
Pemerintah Kuba
Dengan banyaknya tuduhan yang dilayangkan oleh Amerika atas apa yang terjadi antara Kuba dan China, Kuba masih belum menanggapi tuduhan yang datang dari AS pada hari Sabtu itu.
Akan tetapi Kuba sudah pernah memberikan tanggapan mereka atas laporan yang dilakukan oleh The Wall Street Journal Kamis lalu. Dimana, Wakil Menteri Luar Negeri Kuba Carlos Fernandez dengan tegas mengatakan penolakan mereka atas laporan tersebut dengan mengatakan bahwa laporan tersebut “benar-benar membohong”.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.