ANDALPOST.COM – Masalah inflasi di Pakistan akhirnya mereda untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir, Senin (03/07/2023).
Sehingga, hal itu memberikan titik terang bagi pemerintah yang rencananya akan menyelenggarakan pemilihan tahun ini.
Menurut data Biro Statistik Pakistan, inflasi tahunan mencapai 29,4 persen pada bulan Juni lalu. Namun, pada bulan Mei mencapai angka 38 persen.
Salah urus keuangan selama bertahun-tahun telah mendorong ekonomi Pakistan ke level terendah, dan semakin diperburuk oleh pandemi COVID-19, serta krisis energi global.
Selain itu, bencana banjir yang menenggelamkan sepertiga negara Pakistan pada tahun lalu juga kian memperburuk ekonomi negara tersebut.
Di sisi lain, isu pemilu yang dikabarkan akan digelar pada Oktober 2023 kemungkinan dipenuhi kampanye bertema pembangunan serta perbaikan ekonomi.
Data terbaru menunjukkan warga Pakistan yang miskin masih merasakan beban gejolak ekonomi.
Harga makanan naik 40 persen dibandingkan angka Juni 2022, sementara biaya transportasi naik 20 persen pada periode yang sama.
Tingkat kemiskinan Pakistan diperkirakan akan mencapai 37,2 persen tahun ini, menurut laporan Bank Dunia yang dirilis pada bulan April lalu.
Rupee jatuh ke rekor terendah terhadap dolar tahun ini, membuat barang impor lebih mahal.
Bank sentral negara itu menaikkan suku bunga acuannya ke rekor tertinggi 22 persen dalam pertemuan darurat pekan lalu.
Menurut Ekonom Ashfaque Hasan Khan
Ekonom Ashfaque Hasan Khan, mantan sekretaris khusus di kementerian keuangan, memperingatkan pelonggaran inflasi terbaru kemungkinan hanya bersifat sementara.
“Saya khawatir inflasi akan meningkat di bulan Juli karena bank negara telah menaikkan suku bunga dan menetapkannya pada 22 persen. Tingkat (inflasi) juga akan meningkat jika mata uang didevaluasi sebagai hasil dari kesepahaman antara pemerintah dan Dana Moneter Internasional (IMF),” bebernya.
Senada dengan Khan, ekonom Farrukh Saleem juga memperingatkan meningkatnya inflasi di Pakistan.
“Bantuan sementara tidak boleh mengalihkan perhatian dari masalah sistemik.” jelas Saleem.
“Masalah utama tetap ada dalam bentuk pinjaman besar oleh pemerintah. Situasi ini akan terus berdampak pada masyarakat secara tidak langsung karena akan menyebabkan meningkatnya kemiskinan, inflasi dan pengangguran di negara ini,” terang Saleem.
Pasar saham Pakistan naik paling tinggi dalam kurun waktu tiga tahun pada awal perdagangan, di belakang kesepakatan dengan IMF pada pekan lalu.
Pakistan gagal memenuhi target pertumbuhan ekonomi untuk tahun fiskal 2022-2023, dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,3 persen.
Cadangan devisa menyusut menjadi Rp52 triliun yang hanya cukup untuk tiga minggu impor.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.