ANDALPOST.COM — Nasrat Ahmad Yar, seperti ribuan warga Afghanistan lainnya, datang ke Amerika Serikat (AS), setelah pengambilalihan Taliban tahun 2021 lalu.
Mereka menggunakan visa khusus bagi yang bekerja untuk militer AS.
Penerjemah berusia 31 tahun itu membayangkan kehidupan baru di mana ia, istri dan empat anaknya berusia 13, 11, 8 dan 15 bulan, dapat hidup aman. Lalu menghasilkan uang, bersekolah dan sejahtera.
Namun, kenyataan sebaliknya justru dihadapi Nasrat Ahmad Yar.
Tak lama berselang, Ahmad Yar justru ditemukan tewas tertembak di dalam mobilnya, yang ia kendarai untuk perusahaan berbagi tumpangan Lyft, di sebuah lingkungan di timur laut Washington, DC.
“Dia bukan saudara kandung saya, tapi dia lebih dari itu bagi saya,” kata Amini, teman Yar, Jumat (7/7/2023).
“Satu-satunya saat kami terpisah satu sama lain adalah ketika dia sedang tidur. Kami bekerja bersama, tertawa bersama, makan bersama,” imbuhnya.
Kedua pria itu bertemu di Pangkalan Udara Bagram di Afghanistan selama 10 tahun tugas Ahmad Yar sebagai penerjemah untuk militer AS.
Seperti Ahmad Yar, Amini melarikan diri dari negara itu setelah pengambilalihan Taliban pada Agustus 2021.
Namun, Ahmad Yar awalnya harus tetap tinggal. Meski ia bersumpah untuk menjaga keluarga Amini saat mereka bersembunyi di Mazar-i-Sharif, sebuah kota yang dipertahankan oleh pasukan keamanan pemerintah di Afghanistan utara.
Mazar-i-Sharif jatuh ke kendali Taliban pada pertengahan Agustus, Ahmad Yar akhirnya melarikan diri ke Uni Emirat Arab. Lalu, ia berangkat menuju ke AS.
“Saya sangat senang berada di Amerika,” Amini yang berusia 36 tahun mengingat perkataan temannya.
“Saya aman. Anak-anak saya akan dididik di sini,” imbuhnya.
Warga Afghanistan Kembali Bermukim di AS
Setelah kematiannya, perhatian kini beralih ke keluarga Ahmad Yar, dengan teman-teman dari pekerjaannya di militer AS. Serta komunitas lokal Afghanistan meluncurkan upaya penggalangan dana. Termasuk drive di GoFundMe dan Facebook.
“Ini adalah masa yang sulit bagi keluarga dan juga masyarakat,” kata Noorullah Ahmadzai, seorang tokoh masyarakat Afghanistan di wilayah Washington, DC.
“Tragedi ini akan memengaruhi semua orang dengan satu atau lain cara,” terangnya.
Ia menambahkan, bahwa cerita Ahmad Yar beresonansi dengan banyak warga Afghanistan yang telah pindah ke daerah tersebut.
Hingga Juni, Departemen Luar Negeri memperkirakan bahwa 97.000 warga Afghanistan telah bermukim kembali di AS sejak September 2021.
Bahkan untuk beberapa ribu orang yang masuk dalam Special Immigrant Visas (SIVs) cenderung berpendidikan lebih tinggi. Juga berbicara bahasa Inggris, dan memiliki otorisasi untuk bekerja.
“Apa pun situasi Anda, Anda harus membayar tagihan,” kata Ahmadzai.
“Tidak ada yang memberi Anda uang. Jadi cara tercepat adalah memulai akun Uber dan Lyft sehingga Anda bisa mulai menghasilkan uang,” sambungnya.
“Kemudian mereka menjadi cukup sibuk dengan pekerjaan itu karena menyita banyak waktu siang dan malam, akhir pekan dan malam.”
“Jadi tidak ada waktu untuk benar-benar mencari pekerjaan profesional atau berjejaring untuk mengetahui karier profesional,” bebernya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.