ANDALPOST.COM — Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres menghimbau Rusia untuk kembali ke kesepakatan yang memungkinkan ekspor biji-bijian Ukraina ke Laut Hitam, Senin (24/7/2023).
Hal itu juga sejalan dengan proposal yang ia buat bagi Presiden Rusia, Vladimir Putin. Diketahui Rusia keluar dari perjanjian pada pekan lalu.
Sementara Rusia mengatakan, bahwa permintaan untuk meningkatkan ekspor makanan dan pupuknya sendiri belum terpenuhi. Sehingga, biji-bijian Ukraina tidak cukup untuk mencapai negara-negara termiskin di bawah kesepakatan Laut Hitam.
“Dengan penghentian Inisiatif Laut Hitam, alhasil harga-harga akan mengalami lonjakan,” terang Guterres pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Sistem Pangan PBB di Roma, Senin.
“Ketika harga pangan naik, semua orang akan merasakannya,” imbuhnya.
Sejak Rusia keluar dari kesepakatan dan mulai menyerang pelabuhan pengekspor makanan Ukraina di Laut Hitam dan Sungai Danube, masa depan gandum serta jagung global telah meningkat tajam.
“Ini sangat menghancurkan bagi negara-negara rentan yang berjuang untuk memberi makan rakyatnya,” kata Guterres.
Upaya Kesepakatan
Antonio Guterres menyebut telah menulis surat kepada Putin pada 11 Juli sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan kesepakatan tersebut.
Ia mengusulkan Rusia memperpanjang kesepakatan dengan batas harian empat kapal bepergian ke Ukraina dan empat kapal berangkat. Sebagai imbalan untuk menghubungkan anak perusahaan Bank Pertanian Rusia, Rosselkhozbank, ke sistem pembayaran global SWIFT.
Sebelumnya, Moskow juga telah menghubungkan kembali Rosselkhozbank ke SWIFT. Padahal keduanya sempat dihentikan oleh Uni Eropa pada Juni 2022.
“Saya meminta Federasi Rusia untuk kembali menerapkan Prakarsa Laut Hitam, sejalan dengan proposal terbaru saya,” kata Antonio Guterres.
“Saya mendesak komunitas global untuk bersatu demi solusi efektif dalam upaya penting ini,” sambungnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.