ANDALPOST.COM – Komunitas petani dan peternak di Irak, telah mengalami penurunan produksi sejak awal tahun 2022 karena kondisi kekeringan yang parah di negara tersebut.
Abbas Hasyim, seorang peternak di Chibayish, Dhi Qar, Irak. Mengatakan melalui wawancaranya dengan AP News, bahwa hewan-hewan kerbau miliknya telah banyak direnggut oleh rawa-rawa bergaram di wilayah tersebut.
Menurut laporan dari kantor berita tersebut pada Rabu (23/11/2022).
Kekeringan yang menyebabkan tanah retak dan lapisan tebal garam di lahan basah Chibayish ini, terjadi karena kelangkaan air dari Sungai Eufrat dan Tigris.
Dampak atas Kekurangan Air
Sejak bulan Mei 2022, Hasyim mengaku bahwa ia telah kehilangan lebih dari 20 ekor kerbaunya. Mereka teracuni oleh air asin yang mulai merembes di rawa-rawa tersebut.
Para penggembala di daerah itu, juga mengatakan bahwa banyak hewan ternak mereka yang mati atau tidak menghasilkan susu yang layak untuk dijual.
“Tempat ini dulunya penuh kehidupan, sekarang sudah menjadi gurun, seperti kuburan,” ujar Hasyim.
Selain dipicu oleh perubahan iklim dan invasi garam, kesepakatan politik antara Irak dan Turki mengenai bendungan sungai Eufrat dan Tigris. Secara khusus, membuat wilayah tersebut kekurangan air.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), tahun ini adalah tahun terburuk dalam 40 tahun terakhir, di mana kekurangan air akut terjadi di daerah tersebut.
Alhasil, komunitas pedesaan yang mengandalkan pertanian dan peternakan mereka, menjadi semakin terasing dan mengalami kemiskinan.
Tanggapan Warga dan Pemerintah
Beberapa warga di wilayah Chibayish mengatakan, bahwa mereka sudah kehilangan banyak hewan ternaknya.
Meskipun begitu, banyak peternak yang masih enggan untuk meninggalkan wilayah tersebut, meski sebagian dari mereka memilih untuk pergi ke kota.
“Saya tidak tahu pekerjaan lain,” ungkap Hamza Noor, salah seorang peternak kerbau yang tinggal di Chibayish.
Menurut keterangannya, lelaki berusia 33 tahun itu setiap hari harus pergi melintasi rawa-rawa. Tentu, demi mengisi tabungnya dengan air bersih untuk hewan ternaknya.
Ahmad Mutliq, seorang peternak yang sama dengan Noor. Mengatakan bahwa ia tidak pernah melihat musim kekeringan seperti ini sebelumnya.
“Tidak ada yang sebanding dengan tahun ini,” ungkapnya.
Mutliq sempat mendesak pihak berwenang untuk memberikan air kepada warga di wilayah tersebut dari waduk hulu.
Tetapi, pejabat provinsi tidak memiliki daya dan jawaban atas permintaan itu. Mereka tetap tidak bisa melakukan apapun, selama keputusan pusat terhadap waduk itu tidak berubah.
“Kami merasa malu. Petani meminta lebih banyak air tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Farhat, Kepala Direktorat Pertanian Provinsi Dhi Qar.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.