ANDALPOST.COM — Tarif impor jelai China ke Australia yang telah berlaku selama tiga tahun, berpengaruh kepada perdagangan miliaran dolar.
Langkah ini disebut sebagai langkah baik oleh Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese.
Ibukota Australia, Canberra, mengatakan bahwa pihaknya akan menangguhkan kasusnya di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas bea Beijing akan jelai.
Sebagai salah satu tanda lain dari mencairnya hubungan antara kedua negara, Australia pada minggu ini mengundang Menteri Luar Negeri (Menlu) China yang baru untuk mengunjungi negara tersebut.
Kementerian Perdagangan China pun mengatakan, tarif impor akan diturunkan mulai hari Sabtu, (5/8/2023).
“Mengingat perubahan di pasar jelai China, tidak perlu lagi untuk terus mengenakan bea anti-dumping dan bea penyeimbang untuk jelai impor dari Australia,” kata Kementerian Perdagangan China.
Sebelum tarif diberlakukan, pemerintah Australia memperkirakan bahwa ekspor jelai ke China rata-rata sekitar A$1,2 miliar. Atau setara dengan $790 juta dan £620 juta per tahun.
Pada tahun 2020 lalu, Beijing juga mulai memberlakukan tarif pada ekspor utama Australia seperti jelai, daging sapi, dan anggur.
Selain itu, diberlakukan juga pembatasan tidak resmi pada ekspor lobster dan daging dari rumah pemotongan hewan tertentu.
Kini, Canberra telah mendesak Beijing untuk menurunkan tarif anggur Australia, yang menjadi subyek pengaduan terpisah WTO.
Sementara Industri anggur Australia terpukul keras ketika China mengenakan tarif tinggi pada ekspornya pada tahun 2020. Di mana secara efektif memotong pasar yang dulunya paling menguntungkan.
Pada tahun 2020, hubungan antara Australia dan China pun sempat memburuk secara nyata.
Hal ini terjadi ketika Perdana Menteri, Scott Morrison menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul Covid-19.
Sejak pemilihan pemerintah Buruh kiri-tengah pada Mei 2022, komunikasi antara kedua negara telah dilanjutkan dan hubungan mereka membaik.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.