ANDALPOST.COM – Italia berupaya untuk mempermudah bank-banknya dengan memukul jumlah windfall tax atau pajak rezeki nomplok.
Hal ini mengakibatkan harga saham pemberi pinjaman negara melambung.
Windfall tax merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah dari industri tertentu, ketika kondisi ekonomi industri tersebut memungkinkan pihaknya untuk mendapat keuntungan jauh di atas rata-rata.
Salah satu contoh keuntungan jauh di atas rata-rata adalah kenaikan harga minyak atau suku bunga yang lebih tinggi. Yaitu, menghasilkan keuntungan yang jauh lebih besar dari yang diharapkan.
Pada Senin (07/08/2023) malam, pemerintah Italia mengeluarkan pajak senilai 40 persen satu kali atas keuntungan yang diperoleh bank, dari suku bunga yang lebih tinggi.
Ini merupakan langkah yang mengejutkan, yang menjadi akibat dari anjloknya nilai saham.
Dikatakan bahwa hasil pajak akan digunakan untuk membantu pemegang hipotek – pinjaman kredit atau utang – untuk memotong pajak.
Namun pada Selasa (08/08/2023) malam, Kementerian Keuangan Italia mengatakan bahwa akan dibatasi pada 0,1 persen dari aset.
Pajak ini akan berlaku untuk pendapatan yang berasal dari selisih antara suku bunga pinjam serta simpanan bank.
Setelah rencana awal dicairkan, saham pemberi pinjaman negara tersebut seperti Intesa Sanpaolo, Banco BPM, dan UniCredit yang sempat jatuh pada hari Selasa, akhirnya pulih kembali pada hari Rabu (09/08/2023).
Kenaikan suku bunga resmi telah menghasilkan rekor keuntungan untuk bank-bank Italia, yang mendorong keputusan awal pemerintah.
Pajak Diberlakukan untuk Bantu Pemegang Hipotek
Langkah mengejutkan ini disetujui oleh para menteri Perdana Menteri Giorgia Meloni pada rapat kabinet di hari Senin.
Dalam rapat tersebut, mereka berjanji untuk menginvestasikan dana yang dikumpulkan untuk membantu rumah tangga serta bisnis. Yakni, yang sedang berjuang dengan biaya pinjaman.
Yang diperlukan pemerintah saat ini hanyalah untuk melihat seberapa besar keuntungan bank, yang jumlahnya miliaran.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri Matteo Salvini, dalam konferensi pers di Roma pada Senin malam.
“Kita hanya perlu melihat keuntungan bank pada semester pertama untuk menyadari bahwa kita tidak berbicara tentang beberapa juta, tapi miliaran,” katanya.
Di sisi lain, bank-bank Italia mengatakan bahwa pajak atau keuntungan mereka akan “secara substansial negatif” untuk sektor tersebut.
Dari laporan awal yang dikeluarkan, tertulis sebanyak sekitar €2 miliar atau setara dengan 1,7 miliar. Dapat dihasilkan melalui retribusi, sebelum batasnya.
Kini, parlemen Italia memiliki waktu sebanyak 60 hari untuk akhirnya mengesahkan keputusan pajak tersebut, menjadi undang-undang.
Tidak hanya Italia, negara-negara Eropa lainnya termasuk Hungaria dan Spanyol juga telah mengenakan pajak tak terduga yang serupa pada bank.
Di bulan Mei lalu, anggota parlemen Lithuania mendukung pajak rezeki nomplok sementara pada bank untuk mendanai pengeluaran pertahanan.
Di samping itu, Estonia berencana menaikkan tingkat pajak pada banknya menjadi sebesar 18 persen, naik dari 14 persen tahun ini.
Menteri Luar Negeri Antonio Tajani, kepada surat kabar Corriere della Sera, mengatakan bahwa pajak yang dikenakan kepada bank merupakan tindakan untuk melindungi keluarga.
“Tetapi tindakan untuk melindungi keluarga,” dan juga bagi mereka yang kerap berjuang untuk membayar hipotek, katanya.
Harga Saham Bank Sempat Turun di Selasa
Beberapa bank Eropa mengatakan justru langkah mengejutkan ini merupakan berita yang buruk bagi sektor ini.
Azzura Guelfi, seorang Analis Riset Ekuitas di Citi mengatakan bahwa pihaknya melihat pajak memang secara substansial negatif bagi bank.
“Kami melihat pajak ini secara substansial negatif bagi bank mengingat dampaknya terhadap modal dan laba serta biaya ekuitas saham bank,” tuturnya.
Sebelumnya pada Selasa, saham di dua bank terbesar di negara itu, Intesa Sanpaolo dan UniCredit, masing-masing turun 8 persen dan 6,5 persen, setelah adanya pengumuman tersebut.
Saham Banco BPM, bank terbesar ketiga di negara itu turun 8,2 persen. Kemudian, untuk saham milik negara Monte dei Paschi di Siena turun 7,4 persen.
Bank lain termasuk BPER Banca, Banca Generali dan Mediobanca juga ikut turun.
Tidak hanya bagi bank Italia, kejatuhan ini juga berdampak pada bank lain, dengan saham yang jatuh pada Deutsche Bank dan Commerzbank Jerman, dan BNP Paribas dan Credit Agricole Prancis.
Kepala Ekonom Makro di Equity Capital, Stuart Cole, mengatakan bahwa pajak yang dikenakan Italia ini kemungkinan meningkatkan kekhawatiran bagi negara lain.
“Pajak yang dikenakan Italia atas kelebihan keuntungan yang dianggap dihasilkan bank telah menjadi kejutan dan kemungkinan meningkatkan kekhawatiran bahwa negara lain dapat mengikuti contoh Italia,” tuturnya. (ala/lfr)