ANDALPOST.COM – NATO (North Atlantic Treaty Organization), yang merupakan organisasi aliansi milik negara-negara Barat optimistik akan serangan balasan Ukraina, akan tetapi serangan yang dilakukan tidak sesuai harapan, Minggu (13/08/2023).
Diketahui, berdasarkan laporan seorang perwira Amerika Serikat (AS) yang anomi, dia menyatakan bahwa NATO sebelumnya penuh dengan ekspektasi.
Khususnya, terkait operasi serangan balasan yang dilakukan oleh militer Ukraina pada bulan Juni 2023 lalu.
Di sisi lain, terdapat kondisi internal pemerintahan Ukraina yang mendorong Presiden Zelensky untuk memecat massal pemimpin-pemimpin militernya.
Ekspektasi NATO dan Serangan Balasan
Melalui laporan RT dan The Times, seorang narasumber yang merupakan seorang perwira AS. Menyatakan, bahwa NATO sebelumnya sangat optimistik dengan serangan balasan Ukraina.
Secara khusus, NATO berharap bahwa angkatan bersenjata Ukraina (AFU) dapat mengambil kembali posisi yang diambil ahli oleh pasukan Rusia di Ukraina.
Atas hal tersebut, pihak pemerintahan Ukraina juga mengkritik NATO akan kurangnya resolusi mereka untuk mengirimkan lebih banyak bantuan untuk AFU.
Laporan oleh The Times, klaim bahwa Ukraina dan Rusia tidak dapat melakukan serangan yang terlihat ‘sukses’ dalam kondisi kini.
Di sisi lain, pihak AFU sendiri, menyatakan bahwa upaya mereka untuk mengambil desa-desa dianggap sebagai “sukses” bagi AFU.
Diketahui, terdapat prediksi bahwa AFU hanya memiliki waktu dua bulan lagu untuk mengambil kesempatan dalam melakukan serangan yang sukses.
Hal tersebut karena, jika lebih dari dua bulan, berbagai serangan oleh AFU dapat terhambat oleh hujan di musim gugur di bulan November.
Alhasil, jika AFU memutuskan untuk melakukan serangan pada bulan November, diduga peralatan darat militer mereka akan mengalami kendala. Contohnya, seperti lumpur, dan kondisi cuaca yang mempengaruhi pasukan.
Di sisi lain, terhambatnya serangan balasan AFU juga dapat dilihat dari pertahanan Rusia yang kuat dengan berbagai fortifikasi yang ada. Misalnya, seperti barikade, dan juga ranjau.
Presiden Ukraina Memecat Pimpinan Militer
Seiring dengan “terhambatnya” serangan balasan yang dilakukan oleh AFU pada bulan Juni 2023 lalu, terdapat masalah lain yang menyebar secara internal.
Hal tersebut, yakni korupsi yang melanda dalam pejabat militer Ukraina, bahkan sejak sebelum konflik bersenjata Ukraina-Rusia pada tahun 2022 lalu.
Pada hari Jumat lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky umumkan pemecatan pejabat-pejabat militer yang korupsi setelah pertemuan dewan keamanan pemerintahan.
Dalam pertemuan tersebut, mereka berfokus pada isu korupsi pada kantor-kantor rekrutmen militer.
“Keputusan kami adalah sebagai berikut: Kami memberhentikan semua komisaris militer regional,” ungkap Zelensky.
“Ini adalah sistem yang seharusnya dijalankan oleh orang yang mengetahui secara persis apa itu perang. Dan kenapa sinisme dan penyuapan dalam masa perang merupakan pengkhianatan,” lanjutnya.
Zelensky sendiri juga ungkap, bahwa pihak berwenang Ukraina telah membuka 112 kasus kriminal terhadap pejabat-pejabat di pusat rekrutmen teritorial.
Dari 112 kasus tersebut, sebanyak 33 merupakan tersangka, yang mencakup komisaris, karyawan medis komisaris, dan pejabat lainnya lintas enam wilayah.
Alhasil, pihak berwenang yang dipecat akan digantikan oleh veteran-veteran militer dan pihak yang tidak bisa masuk militer secara fisik. Yakni, mereka dinyatakan sebagai orang terpercaya dalam posisi tersebut.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.