ANDALPOST.COM – Obat sirup penyebab gagal ginjal akut baru-baru ini, ramai terjadi di Indonesia. Tak lama berselang, kasus ini terjadi juga di Republik Gambia yang merupakan sebuah negara berdaulat di Afrika Barat.
Belakangan ini, dikabarkan terdapat kasus kematian hampir 70 anak di Gambia terkait dengan sirup obat batuk buatan India.
Alhasil, kasus tersebut saat ini sedang diselidiki di tengah kekhawatiran tentang regulasi yang efektif dari pembuatan dan perdagangan obat-obatan.
WHO Keluarkan Peringatan
Pekan lalu, (08/10/2022), World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia mengeluarkan peringatan global atas empat merek sirup obat batuk.
Mereka ungkap, obat-obat tersebut dapat menyebabkan kerusakan ginjal akut, yang kemudian ditemukan laporan tentang anak-anak yang didiagnosis dengan masalah ginjal serius di Gambia.
Dilansir dari laman BBC, terkait pernyataan WHO, “Analisis laboratorium dari sirup mengkonfirmasi bahwa obat-obat itu mengandung jumlah yang tidak dapat diterima. [Seperti], dietilen glikol dan etilen glikol sebagai kontamina”.
Maiden Pharmaceuticals, pihak berwenang India dan produsen sirup obat batuk, mengatakan sirup ini hanya diekspor ke Gambia.
Ia mengatakan bahwa pihak-pihak terkait pembuatan obat, telah mematuhi standar kontrol kualitas yang diakui secara internasional.
Namun, nyatanya beberapa produk gagal memenuhi standar kontrol kualitas tingkat nasional atau negara bagian di India.
Catatan Rekor Kualitas Obat yang Buruk
Berdasarkan data yang disampaikan oleh BBC News, perusahaan pembuatan obat-obat sirup tersebut memiliki catatan resmi perusahaan, di antaranya sebagai berikut:
- Pada tahun 2011 masuk daftar hitam oleh negara bagian Bihar karena menjual sirup yang gagal memenuhi standar lokal,
- pada tahun 2018 terdapat pelanggaran kontrol kualitas pada proses hukum oleh regulator obat India,
- Pada tahun 2020 gagal dalam tes kontrol kualitas di negara bagian Jammu dan Kashmir,
- Pada tahun 2022 gagal dalam tes kontrol kualitas di negara bagian Kerala empat kali.
Lebih parahnya lagi, hal ini juga terjadi di antara hampir 40 perusahaan farmasi India, yang masuk ‘daftar hitam’ oleh Vietnam karena mengekspor produk di bawah standar.
Perusahaan, yang berbasis di negara bagian Haryana, mengatakan “terkejut” dengan kematian di Gambia.
Menurutnya, padahal perusahaan-perusahaan itu selalu mengikuti protokol otoritas kesehatan, termasuk jenderal pengendali obat India. Serta, pengawas obat negara bagian Haryana.
“Sampel telah dikirim untuk pengujian, dan jika terdeteksi mengenai sesuatu yang salah, maka akan langsung diambil tindakan,” ujar Menteri Kesehatan Haryana, Anil Vij.
Efektivitas Kontrol Kualitas Obat India
India memproduksi sepertiga dari obat-obatan dunia, sebagian besar dalam bentuk obat generik. Dengan itu, India sendiri merupakan pemasok utama ke negara-negara di Afrika, Amerika Latin dan bagian lain di Asia.
Pabrik manufakturnya diharuskan untuk mematuhi standar kontrol kualitas dan praktik produksi yang ketat.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.