ANDALPOST.COM — Gubernur Hawaii, Josh Green berjanji untuk melindungi orang-orang dari perampasan tanah setelah pulau Maui dilanda kebakaran hutan besar, Kamis (17/8/2023).
Kebakaran hutan terburuk sepanjang sejarah itu membakar rumah warga hingga rata dengan tanah.
Gubernur Josh Green mengatakan, ia menginstruksikan jaksa agung negara bagian AS untuk mengupayakan moratorium transaksi tanah di Lahaina, kota bersejarah yang sebagian besar hancur dalam kebakaran minggu lalu.
“Niat saya dari awal hingga akhir adalah memastikan tidak ada yang menjadi korban perampasan tanah,” kata Green saat konferensi pers, Rabu (16/8/2023)
“Masyarakat saat ini trauma. Tolong jangan mendekati mereka dengan tawaran untuk membeli tanah mereka. Jangan mendekati keluarga mereka dengan mengatakan bahwa mereka akan jauh lebih baik jika membuat kesepakatan karena kami tidak akan mengizinkannya,” imbuhnya.
Diketahui kebakaran pada 8 Agustus lalu, melanda Lahaina, menjadi kebakaran paling mematikan di AS lebih dari 100 tahun.
Akibatnya, sekitar 2.200 bangunan hancur lebur serta menewaskan sedikitnya 110 orang. Meskipun para pejabat mengatakan bahwa jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat karena kru terus menggali puing-puing untuk mencari sisa-sisa.
Penduduk Lahaina khawatir bahwa kota yang dibangun kembali lebih berorientasi pada pengunjung kaya, menurut penduduk asli Lahaina, Richy Palalay.
“Hotel dan kondominium yang tidak mampu kami tinggali itulah yang kami takutkan,” kata Palalay.
Banyak orang di Lahaina berjuang untuk bertahan hidup di Hawaii sebelum kebakaran.
Di seluruh negara bagian, harga rumah pemula biasa lebih dari Rp15 miliar. Sementara penyewa rata-rata menghabiskan 42 persen dari pendapatan mereka untuk perumahan, menurut analisis Forbes Housing.
Sensus tahun 2020 juga menemukan lebih banyak penduduk asli Hawaii yang tinggal di daratan daripada pulau-pulau untuk pertama kalinya dalam sejarah. Sebagian didorong oleh pencarian perumahan yang lebih murah.
Sirine Darurat
Penduduk Maui juga mempertanyakan mengapa sirine darurat tidak pernah berbunyi saat kebakaran hutan, yang dipicu oleh angin kencang, dengan cepat menyebar ke komunitas mereka.
Banyak yang mengatakan mereka tidak tahu api mendekat sampai mereka melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Mereka berbondong-bondong melarikan diri hanya dengan pakaian yang dikenakan.
Beberapa orang yang selamat menceritakan bagaimana mereka terjun ke Samudra Pasifik untuk melarikan diri.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.