ANDALPOST.COM — Demonstrasi menentang antisemitisme di Paris baru-baru ini telah mengirimkan kejutan ke seluruh lanskap politik Perancis. Serta menyatukan sekutu-sekutu yang tidak terduga, baik dari kelompok sayap kanan maupun sayap kiri.
Demonstrasi tersebut yang diadakan di tengah meningkatnya tindakan anti semitisme yang mengkhawatirkan dan perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung, menandai momen penting dalam politik Prancis.
Dipimpin oleh mahasiswa dari Persatuan Mahasiswa Yahudi Prancis (UEJF), demonstrasi tersebut menarik beragam massa. Termasuk politisi terkemuka seperti Perdana Menteri Elisabeth Borne dan pemimpin sayap kanan Marine Le Pen.
Kehadiran mereka menandakan unjuk rasa persatuan yang jarang terjadi dalam menghadapi musuh bersama, yang melampaui perpecahan politik tradisional.
Presiden Emmanuel Macron, dalam pidatonya, menyerukan rakyat Prancis untuk bangkit melawan kebangkitan kembali antisemitisme yang tak terkendali.
Pendiriannya yang kuat mencerminkan gawatnya situasi dan perlunya tindakan kolektif yang mendesak.
Untuk menjamin keamanan acara tersebut, pihak berwenang Paris mengerahkan 3.000 tentara polisi di sepanjang jalur protes.
Kehadiran polisi secara besar-besaran menggarisbawahi betapa parahnya masalah ini dan tekad untuk mencegah terjadinya insiden yang tidak diinginkan selama unjuk rasa.
Aksi Protes
Tujuan utama demonstrasi ini adalah untuk menunjukkan persatuan melawan anti semitisme dan membuat pernyataan menentang infiltrasi politik ekstrem ke dalam masyarakat Prancis.
Para peserta bertujuan untuk mewakili mayoritas yang diam, menyatakan perlawanan mereka terhadap ideologi-ideologi yang memecah belah dan mengancam tatanan bangsa.
Apa yang membuat acara ini sangat penting adalah kolaborasi antara kelompok sayap kanan dan sayap kiri dalam mengatasi antisemitisme.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.