ANDALPOST.COM — Indonesia saat ini sedang menghadapi dampak serius dari kemarau berkepanjangan yang melanda sejumlah wilayah. Hal ini juga memicu kegagalan tanam para petani dan meroketnya harga komoditi cabai.
Di Makassar, pedagang-pedagang tradisional mulai merasakan dampak ekonomi negatif dari situasi ini. Mereka mengeluhkan kenaikan harga dan penurunan pasokan yang mempengaruhi bisnis mereka.
Kemarau berkepanjangan, yang telah berlangsung beberapa bulan, menimbulkan kesulitan besar bagi para petani di sekitar Makassar.
Lahan pertanian yang mengalami kekeringan membuat proses penanaman menjadi sulit, dan banyak petani menghadapi gagal tanam yang signifikan.
Para petani cabai, yang bergantung pada curah hujan untuk tanaman mereka, melaporkan bahwa produksi cabai merosot drastis akibat minimnya hujan.
Ani, seorang remaja yang membantu keluarganya berjualan di sebuah pasar tradisional di Makassar pun mengungkapkan keluhannya terkait tingginya harga komoditi bahan dapur,
“Setiap hari banyak ibu-ibu yang mengeluh karena (bahan dapur) mahal. Berapa bulan terakhir ini harganya memang terus naik. Pada Oktober itu masih Rp 60.000-an, sekarang sudah Rp 90.000 perkilo,” ungkap Ani yang sambil sibuk melayani pembelinya yang ditemui Rabu (29/11/2023) pagi di Pasar Daya, Makassar.
Ani juga menambahkan bahwa harga cabai naik begitu cepat. Ia dan para pedagang lain sampai kesulitan untuk menjaga harga jual kami tetap wajar karena pasokan semakin terbatas.
Dampak dari kegagalan tanam ini dirasakan secara langsung oleh para pedagang di pasar tradisional Makassar. Harga cabai, sebagai komoditi utama dalam berbagai masakan Indonesia, mengalami kenaikan yang tajam.
Pedagang-pedagang di pasar tradisional Makassar mengeluhkan penurunan pasokan cabai yang berdampak langsung pada keberlanjutan bisnis mereka.
Banyak yang terpaksa menaikkan harga jual demi menjaga kelangsungan usaha, yang pada gilirannya membebani konsumen.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.