ANDALPOST.COM – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, rencananya akan merampingkan perusahaan BUMN menjadi hanya 30 perusahaan. Menurutnya, hal ini perlu dilakukan agar BUMN tidak menjadi menara gading. Rencana tersebut akan tercantum dalam Roadmap 2024-2034.
“Kita bikin roadmap 2024-2034 kalau bisa nanti 30 saja BUMN, klasternya 12, BUMN-nya 30. Sekarang kan 41, supaya apa BUMN tidak jadi menara gading semua dimonopoli BUMN,” tuturnya dalam konferensi pers BUMN ‘Tumbuh dan Kuat untuk Indonesia 2023’, pada Senin (02/01/2023).
Saat ini jumlah perusahaan BUMN sudah mencapai 91 perusahaan. Diantaranya 79 Persero dan 12 Perum.
Jumlah tersebut sudah lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 142 perusahaan BUMN. Hal ini dikarenakan terjadinya penyusutan.
Penyusutan ini bertujuan untuk memaksimalkan competitive value pada beberapa BUMN menjadi 12 holding BUMN sektoral. Perampingan BUMN juga ditujukan untuk memperbaiki citra bisnis di Indonesia yang dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan plat merah.
Lebih lanjut, Erick menyatakan BUMN nantinya akan membangun ekosistem dengan UMKM, pengusaha daerah, swasta.
Harapan
Ia berharap nantinya BUMN dapat menjadi benteng ekonomi nasional yang bisa intervensi jika terjadi sesuatu.
Sepanjang 2022, BUMN telah menggabungkan beberapa industri dari pariwisata, perbankan, hingga transportasi.
“Kita juga lagi konsolidasi hotel yang jumlahnya 103, sudah terjadi 23, menjadi satu kesatuan ekosistem pariwisata, yang tetap kerja sama dengan Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan, karena sebagian ada asetnya mereka,” katanya.
BUMN juga akan tetap bekerja sama dengan pihak swasta, sebab Erick mengaku mengurus satu sektor seperti pariwisata dan perhotelan saja sudah terbilang sulit, apalagi jika perusahaannya banyak. Hal ini kemudian membuatnya berpikir bahwa mereka butuh perampingan.
Pada kesempatan yang sama, Erick mengatakan bahwa kedepannya BUMN juga akan melaksanakan aksi korporasi. Aksi ini yaitu penggabungan pada beberapa BUMN di sektor yang sama seperti Perusahaan Umum (Perum) Damri dan Perum PPD. Juga penggabungan PT Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II.
“Tahun-tahun ke depan akan lebih banyak merger, setelah PPD sama Damri kita merger, salah satu yang lagi kita jajaki Angkasa Pura, tapi tidak dalam waktu dekat,” ujarnya.
Penggabungan Angkasa Pura I dan II
Erick menyatakan bahwa penggabungan Angkasa Pura I dan II tidak akan terjadi dalam waktu yang dekat. Ini disebabkan karena perlu waktu yang cukup lama untuk menghitung resiko yang akan ditimbulkan dari penggabungan dua perusahaan tersebut.
Selain itu, Erick melaporkan adanya peningkatan kinerja konsolidasi perusahaan BUMN yang signifikan di tengah kondisi perekonomian yang menantang karena Covid-19.
Hal ini terlihat pada laba konsolidasian BUMN dari Rp61 triliun di kuartal III 2021 menjadi Rp155 triliun pada sembilan bulan pertama di tahun 2022. Peningkatan tersebut mencapai 154,1 persen secara tahunan (year over year).
“Perlu dicatat bahwa laba itu sudah termasuk restrukturisasi Garuda Indonesia, Rp59 triliun. Itu non-cash. Selebihnya dalam bentuk tunai,” katanya.
Adanya perkembangan laba tersebut terjadi karena peningkatan pendapatan usaha BUMN dari Rp1.613 triliun pada kuartal III 2021 menjadi Rp2.091 triliun pada periode sama tahun ini, atau tumbuh 29,6 persen yoy.
Menurut laporan yang diketahui, ekuitas seluruh BUMN berkembang hingga mencapai Rp3.211 triliun. Mayoritas perusahaan BUMN juga telah jauh meninggalkan dominasi utang dalam pengelolaan keuangannya.
Selain itu, dikethaui bahwa BUMN telah menurunkan tingkat utang dibandingkan dengan modal dari 38 persen pada 2020, menjadi 34 persen pada triwulan III 2022.
(WAN/MIC)