ANDALPOST.COM – Topan Gabrielle yang mengguncang negara Selandia Baru menyebabkan sejumlah kerusakan, bahkan hingga memicu keadaan darurat, Selasa (14/2).
Diketahui, bencana tersebut melanda Pulau Utara di Selandia Baru.
Angin kencang disertai hujan lebat mengakibatkan listrik padam di puluhan ribu rumah warga di Pulau Utara.
Saat Topan Gabrielle melanda, hembusan angin diperkirakan lebih dari 140 kilometer per jam (87 mil per jam).
Tak hanya itu, di sepanjang pantai juga mengalami gelombang setinggi 11 meter (36 kaki).
Data tersebut merujuk pada keterangan Layanan Meteorologi Selandia Baru.
Perdana Menteri Chris Hipkins mengatakan kekacauan akibat Topan Gabrielle baru terlihat saat warga Selandari Baru terbangun dari tidur mereka.
“Dengan peristiwa berskala besar yang telah kita lihat dalam 24 jam terakhir, yang harus kita lakukan adalah memastikan bahwa menangani kebutuhan paling mendesak di seluruh negeri secepat mungkin,” terang Hipkins.
Bencana alam tersebut merupakan peristiwa cuaca signifikan kedua yang melanda Auckland dan bagian atas Pulau Utara.
Kejadian di dua wilayah itu terjadi dalam kurun waktu beberapa minggu saja.
Diketahui, Auckland dan sekitarnya dilanda hujan lebat yang memicu banjir dan menewaskan empat orang pada bulan Januaria lalu.
Kemudian, disusul bencana Topan Gabrielle yang terjadi di Pulau Utara.
Atas musibah tersebut, Selandia Baru mengumumkan keadaan darurat nasional.
Keadaan darurat itu menjadi bencana ketiga usai gempa bumi Christchurch 2011 dan pandemi Covid pada tahun 2020 lalu.
Penanganan dan Dampaknya
Sementara itu, sebanyak 150 personel Angkatan Pertahanan Selandia Baru bergabung untuk mendistribusikan perbekalan dan mengevakuasi penduduk dari daerah di mana air yang naik memaksa beberapa pemilik rumah lari ke atap.
Topan Gabrielle tersebut juga menyebabkan banyak kota pesisir dievakuasi, termasuk kota Tauranga.
Kondisi para warga tersebut kian parah dengan adanya pemadaman listrik.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.