ANDALPOST.COM – Pada awal maret lalu, Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen memberi kejutan ke publik akan kemungkinan Amerika Serikat gagal bayar utang. Meski itu menjadi tanggung jawab Amerika Serikat, semua negara langsung dibuat panik atas pengumuman tersebut.
Terlebih lagi saat Janet Yellen sudah mewanti-wanti dunia bahwa default Amerika Serikat tersebut bisa membawa bencana ekonomi dan keuangan. Jika benar Amerika Serikat gagal bayar utang maka ini akan berdampak pada jutaan orang dan menimbulkan kekacauan ekonomi serta fiskal di AS dan seluruh dunia.
Pada awal tahun ini, Amerika Serikat dikabarkan telah mencapai batas maksimum nominal utang yaitu US$ 41,4 triliun atau setara dengan Rp 462.113 triliun. Pemerintah Amerika Serikat dan juga Departemen Keuangan Amerika Serikat pun telah melakukan banyak langkah untuk mencegah terjadinya default di Negara Paman Sam itu.
Janet Yellen memprediksi, Amerika Serikat berkemungkinan besar tidak dapat membayar semua tagihannya secara penuh dan tepat waktu paling cepat 1 Juni mendatang. Itu artinya, kurang dari dua minggu lagi.
Indonesia sendiri juga turut waspada akan kemungkinan kasus gagal bayar utang Amerika Serikat ini. Kementerian Keuangan lewat Sri Mulyani dan jajarannya terus memantau potensi dampak yang ditimbulkan jika Amerika Serikat benar-benar default.
“Sejauh ini kami belum melihat dampaknya yang signifikan terhadap pasar keuangan global termasuk spillover kepada pasar SBN [surat berharga negara] kita,” ujarnya usai Konferensi Pers APBN Kita, Senin (22/5/2023).
Kondisi pasar SBN Indonesia memang masih sangat positif dan juga suportif. Sehingga pemerintah dan Kemenkeu belum bisa memprediksi dampak dari isu gagal bayar utang AS yang tengah memanas dalam beberapa hari terakhir.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.