Di sisi lain, kunjungan Anwar kali ini menjadi kunjungan pertamanya yang menjabat sebagai PM Malaysia.
Partisipasi Anwar dalam forum itu bertepatan dengan peringatan 10 tahun peningkatan Kemitraan Strategis Komprehensif Malaysia-Tiongkok sejak 2013, yang berupaya memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara.
Saat memberikan pidato dalam forum itu, PM Malaysia juga menyebut ruang teknologi dan kolaborasi harus diutamakan daripada kompetisi.
Anwar menjelaskan persaingan hanyalah putaran yang bersifat produktif atau destruktif. Seperti halnya persaingan di industri semikonduktor.
“Izinkan saya menegaskan kembali bahwa persaingan tanpa batas harus memberi jalan bagi kolaborasi yang bersemangat,” terang Anwar.
Ia juga menegaskan, bahwa tetap perlu adanya batasan yang ditetapkan untuk memastikan persaingan tidak mengarah ke hal negatif.
Anwar Ibrahim pun mengatakan, pembahasan mengenai persaingan teknologi harus menjadi salah satu pokok pembahasan yang sejajar dengan wacana keamanan dan masalah ekonomi secara umum.
Fokus China pada Perdamaian dan Pembangunan Global
Terlepas dari pidato Anwar Ibrahim, kini perekonomian raksasa Asia, China juga telah pulih setelah dilanda pandemi COVID-19.
Hal itu diungkap oleh PM China Li Qiang, Kamis (30/3).
Qiang mengatakan, akan berfokus pada perdamaian serta pembangunan global.
Saat berbicara di forum BFA, Qiang pun menyebut situasi ekonomi bulan ini lebih baik dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
“Dalam dua bulan pertama tahun ini, perekonomian Tiongkok menunjukkan momentum rebound yang menggembirakan. Situasi di bulan Maret bahkan lebih baik daripada di bulan Januari dan Februari.”
“Indikator utama, termasuk konsumsi dan investasi, telah meningkat, lapangan kerja dan harga secara umum stabil dan ekspektasi pasar meningkat secara signifikan,” beber Qiang.
Lebih lanjut, Li mengungkapkan, sejumlah organisasi internasional telah merevisi perkiraan ekonomi mereka untuk China tahun ini.
Perekonomian China terhambat selama beberapa tahun kemarin akibat pandemi COVID-19.
PDB China tumbuh 3 persen tahun lalu, di bawah target pemerintah sekitar 5,5 persen.
Kemudian, pemerintah Tiongkok mencabut kebijakan nol COVID-19 pada bulan Desember lalu dan memicu pemulihan ekonomi negeri tirai bambu tersebut. (spm/ads)