Sementara ketika ditanya tentang penyebaran yang diperluas selama konferensi pers, Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan kepada wartawan bahwa AS adalah negara berdaulat dan bahwa Meksiko menghormati keputusannya.
Namun, para pendukung hak asasi mengecam rencana tersebut.
Sehingga, langkah itu memberikan pesan yang salah kepada para pencari suaka. Bahkan banyak dari mereka melarikan diri dari kekerasan yang meluas, ketidakstabilan politik, kemiskinan dan masalah sistemik lainnya di negara asal mereka.
“Ini benar-benar akan mengirim pesan militerisasi perbatasan untuk mencegah para migran,” kata Gregory Chen, direktur hubungan pemerintah di American Immigration Lawyers Association (AILA), di Twitter.
“Orang yang mencari suaka harus bertemu dengan para profesional kemanusiaan, sukarelawan penyambutan, dan profesional medis dan kesehatan mental. Bukan tentara,” Bilal Askaryar, manajer kampanye sementara dari Kampanye Welcome With Dignity.
Pembatasan Suaka
Selama berbulan-bulan pemerintahan Joe Biden berusaha membendung para pencari suaka ke perbatasan selatannya.
Lantaran, Joe Biden kembali mencalonkan diri kembali pada tahun 2024 mendatang.
Di tengah kritik dan tekanan politik dari Partai Republik atas peningkatan kedatangan para pencari suaka.
Namun, Wakil Presiden Kamala Harris memberi tahu calon migran pada tahun 2021 lalu untuk jangan datang kembali.
Akhirnya, pada akhir April kemarin, Washington mengumumkan akan membuka pusat migrasi di beberapa negara Amerika Latin. Di mana orang dapat mengajukan permohonan masuk ke AS jauh dari perbatasan. (spm/ads)