“Saat ini jiwa patriotisme anak muda hingga anak-anak tidak seperti jaman dulu. Pelan-pelan hal itu mulai menipis.”
“Contoh sederhananya adalah anak-anak yang cenderung tidak tahu lagu-lagu wajib, atau banyak ditemukan mereka tidak hafal pancasila,” kata Fikri.
“Justru anak-anak sekarang malahan banyak hafal bertemakan patah hati, yang jelas itu bukan untuk dikonsumsi di usia tersebut.”
“Contoh lain, di sekolah-sekolah saja banyak dari mereka enggan untuk hadir dan mengikuti upacara bendera.”
Isu ini kemudian dikemas oleh para pemuda dusun tersebut dalam ruang pementasan teater yang mereka beri judul ‘Belajar Bernyanyi’.
Pentas ini dihadirkan dalam dua sesi. Pertama di malam tirakatan pada 17 Agustus 2023 dan sesi kedua secara di depan khalayak umum pada 29 Agustus 2023 mendatang.
Pentas ini menceritakan mengenai anak-anak desa yang tidak menyukai lagu-lagu kebangsaan. Justru mereka akrab dengan lagu-lagu patah hati bertema koplo.
Ini jelas menjadi sindiran satire bagi orang tua yang tidak memberikan edukasi lagu-lagu kebangsaan kepada mereka.
“Pentas ini memang sengaja dihadirkan di warga Desa. Karena saya merasa patriotisme anak-anak Desa sekarang berbeda. Dulu saya merasakan betul bagaimana dididik dengan nuansa kebangsaan melalui lagu wajib nasional.”
“Jika penasaran dengan pentasnya nanti, bisa saksikan di acara Gelar Budaya Desa Dukun, pada 27 Agustus mendatang,” tukas Fikri. (pam/ads)