ANDALPOST.COM — Komunitas internasional mengutuk keras eskalasai kekerasan di ibu kota Sudan, Khartoum, Sabtu (15/4).
Ledakan serta tembakan brutal terjadi setelah beberapa hari ketegangan antara angkatan bersenjata dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) paramiliter.
Pertempuran berlangsung di bandara Khartoum, pangkalan militer, istana presiden, dan kediaman panglima militer.
Bahkan menurut laporan, pesawat pun terkena tembakan saat mempersiapkan jadwal keberangkatannya ke Riyadh.
Sedangkan, seluruh pesawat Saudia yang terbang di atas Sudan terpaksa harus kembali.
Tak hanya itu, penerbangan lainnya baik ke dan dari Sudan telah ditangguhkan guna menghindari bentrokan tersebut.
Seketika, sejumlah negara mengutuk aksi tersebut dan menyuarakan perdamaian.
Amerika Serikat
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken menyebut situasi di Sudan ‘rapuh’ namun masih ada kesempatan untuk menyelesaikan transisi ke pemerintahan yang dipimpin sipil.
“Kami mendesak semua pihak untuk segera menghentikan kekerasan dan menghindari eskalasi lebih lanjut atau mobilisasi pasukan dan melanjutkan pembicaraan untuk menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan,” beber Blinken.
Senada dengan Blinken, Duta Besar AS untuk Sudan, John Godfrey juga mendesak untuk menghentikan pertempuran tersebut.
“Saya baru saja tiba larut malam di Khartoum dan terbangun oleh suara tembakan dan pertempuran yang sangat mengganggu. Saat ini saya berlindung di tempat dengan tim Kedutaan Besar, seperti yang dilakukan orang Sudan di seluruh Khartoum dan di tempat lain.”
Eskalasi ketegangan dalam komponen militer untuk pertempuran langsung sangatlah berbahaya. Saya mendesak para pemimpin militer senior untuk menghentikan pertempuran,” tulis Godfrey, Sabtu (15/4).
Inggris
Menteri Luar Negeri Inggris, James Cleverly pun mendesak para pemimpin militer untuk menahan pasukan mereka serta mengurangi ketegangan.
“Kekerasan yang sedang berlangsung di seluruh Sudan harus segera dihentikan,” cuit Cleverly.
“Inggris menyerukan kepemimpinan Sudan untuk melakukan semua yang mereka bisa untuk menahan pasukan mereka dan mengurangi untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut. Tindakan militer tidak akan menyelesaikan situasi ini,” imbuhnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.