Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Bertemu Surya Paloh, Jokowi Khawatir Ledakan Anies Baswedan sebagai Kuda Hitam yang Paling Mengancam

Potret Capres usungan Nasdem, PKS dan Demokrat Anies Baswedan. (by @salwadiatma)

ANDALPOST.COM – Pengamat politik, Rocky Gerung berikan argumennya soal kedatangan Surya Paloh ke Istana Negara Kamis (26/1/2023) lalu.

Baginya pertemuan dua tokoh besar antara Presiden Jokowi dengan Ketua Nasdem itu ada kaitannya soal Pemilu 2024 mendatang. Pasalnya dalam koalisi saat ini Nasdem adalah parpol yang mengusung Presiden Jokowi.

Namun akhir-akhir ini hubungan kedua renggang. Bahkan Nasdem bergabung dengan partai oposisi di Pemilu sebelumnya. Nasdem bermanuver ke partai oposisi dengan Demokrat dan Gerindra untuk mengusung Anies Baswedan sebagai Presiden.

Menurut Rocky Gerung, Presiden Jokowi harusnya sudah sadar jika gerakan dukungan untuk Anies Baswedan semakin gila-gilaan.

“Kelihatannya Pak Jokowi harus terima fakta bahwa Anies itu unstoppable,” jelas Rocky melalui kanal Youtube Rocky Gerung Official (29/1/2022).

Menurut Rocky, pihak dari koalisi Jokowi dalam Istana gagap dalam membaca sosok Anies Baswedan.

Namun hanya Surya Paloh yang menyadari jika Anies punya potensi besar untuk ditarungkan dalam kontestasi Pemilu.

Selain itu dicalonkannya Anies membuat antusias masyarakat bertambah.

Hal ini menurut Rocky mengindikasikan jika Anies begitu melejit karena seperti sosok pembawa perubahan. Dia juga sosok yang dikehendaki oleh rakyat.

“Anies itu sudah diasuh oleh satu situasi yang menginginkan ada perubahan politik. Jadi kegagalan Pak Jokowi untuk memprediksi bahwa Anies itu bukan diusulkan oleh partai tapi Anies dikehendaki oleh rakyat karena itu dibaca oleh NasDem lebih awal,” ujarnya.

Lebih lanjut hal tersebut juga disadari oleh Demokrat dan PKS. Bahkan seorang Agus Harimurti Yudhoyono yang notabene bekas rival di Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu nyatakan dukungan.

Kesolidan tiga parpol ini akan membuat Jokowi dan PDI-P khawatir. Sebab beberapa nama dari partainya dan lingkaran kekuasaannya masih stag atau tidak menunjukkan perkembangan.

“Saya kira itu yang kemudian mencemaskan presiden, karena akhirnya presiden tiba pada semacam pragmatisme saja, di depan dia ada Anies yang terus moncer sementara tokoh yang dia usulkan itu tidak bergerak statistiknya,” ungkapnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.