ANDALPOST.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden serta para pejabat tinggi Gedung Putih mengecam supremasi kulit putih dan meminta masyarakat untuk bersatu melawan kebencian, Senin (28/8/2023).
Sebelumnya, terjadi insiden nahas pria berkulit putih yang membunuh beberapa orang berkulit hitam di Florida.
Pihak berwenang AS mengungkapkan motif dibalik pembunuhan tersebut adalah rasial.
“Kebencian tidak akan terjadi di Amerika,” kata Biden kepada para pemimpin hak-hak sipil dan pejabat pemerintahan di Ruang Timur Gedung Putih.
“Sekarang adalah waktunya bagi seluruh warga Amerika untuk bersuara,” imbuhnya.
Biden menyampaikan pesan tersebut dalam dua pertemuan terpisah di Gedung Putih, salah satunya dihadiri oleh keluarga Pendeta Martin Luther King Jr untuk menandai peringatan 60 tahun Pawai di Washington.
Dia memuji upaya pemerintahannya untuk memerangi kejahatan rasial, penindasan pemilih dan memastikan persamaan hak bagi semua orang, serta menjadikan hukuman mati tanpa pengadilan sebagai kejahatan rasial federal.
“Diam adalah keterlibatan dan kami tidak akan tinggal diam,” kata Biden.
Sementara itu, kejahatan kebencian di AS melonjak hampir 12 persen pada tahun 2021 lalu. Mayoritas dipicu oleh bias ras atau etnis.
“Kita harus bertindak,” tegas Biden, sambil menekankan bahwa supremasi kulit putih kini menjadi ancaman teroris terbesar yang dihadapi AS.
“Kita semua perlu mengatakan dengan jelas bahwa kebencian tidak akan menang,” imbuhnya.
Di sisi lain, Wakil Presiden Kamala Harris juga memperingatkan ada pihak-pihak yang sengaja mencoba memecah belah umat manusia.
“Warga Amerika mempunyai kewajiban untuk tidak membiarkan faksi-faksi memisahkan persatuan kita,” terang Harris.
“Selama 60 tahun terakhir, negara ini telah menempuh perjalanan panjang dalam memerangi rasisme dan ideologi supremasi kulit putih”, kata Stephen Benjamin, direktur Kantor Keterlibatan Publik Gedung Putih.
“Orang-orang baik harus bersandar pada kemajuan,” imbuhnya.
Benjamin mengatakan Biden telah berbicara dengan walikota dan sheriff Jacksonville tentang penembakan itu.
Insiden Penembakan
Seorang petugas polisi mengejar seorang pria bersenjata berkulit putih dari universitas kulit hitam pertama yang bersejarah di Florida.
Hanya berselang beberapa menit sebelum penembak tersebut membunuh tiga orang kulit hitam di sebuah toko diskon, kata rektor sekolah tersebut.
Pria bersenjata bernama Ryan Christopher Palmer (21) memarkir mobilnya di kampus Universitas Edward Waters di Jacksonville dan mengenakan sarung tangan serta rompi bergaya militer ketika para mahasiswa melihatnya.
Kemudian, para mahasiswa memanggil petugas yang berada di universitas itu.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.