ANDALPOST.COM – Sekretaris Negara Amerika Serikat (United States Secretary of State) Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk pertama kalinya bertemu sejak bulan Juli tahun lalu di satu ruangan yang sama karena menghadiri KTT G20 (Kelompok 20) di India, Kamis (02/03/2023).
Namun, sebelumnya Blinken mengucapkan rasa terima kasih terhadap India karena telah mengundangnya dalam acara andal tersebut.
“Hari ini, saya berpartisipasi dalam sesi penting G20 tentang kontraterorisme. Saya berterima kasih kepada India karena telah mengundang kami untuk memperdalam kolaborasi dalam isu-isu vital ini, terutama dalam mencegah dan melawan penggunaan sistem udara tak berawak dan teknologi baru lainnya,” tulis Blinken, Kamis (02/03/2023).
Blinken di KTT G20, India
Sementara itu, AS dan sekutu Eropanya berdebat dengan Rusia mengenai perang di Ukraina pada pertemuan menteri luar G20 di New Delhi.
Masing-masing negara memiliki persepsi sendiri dan justru menuduh satu sama lain ingin membuat dunia tidak stabil.
Kendati begitu, Blinken dan Lavrov enggan mengadakan pertemuan bilateral tersendiri guna membahas invasi Rusia ke Ukraina. Selain itu, keduanya juga tidak menggelar negosiasi atas konflik ‘invasi’ yang sedang terjadi.
Namun, Blinken dengan tegas meminta Rusia untuk membatalkan keputusan mengenai suspensi perjanjian nuklir START Baru. Dalam hal ini, Blinken juga menjelaskan kepada Lavrov bahwa AS akan terus mendukung Ukraina guna mempertahankan diri selama dibutuhkan.
Di sisi lain, AS dan sekutunya mendesak negara-negara G20 untuk terus menekan Rusia agar mengakhiri agresi militer ke Ukraina. Padahal, konflik antara kedua negara tersebut telah memasuki tahun kedua.
“Kita harus terus meminta Rusia untuk mengakhiri perang agresinya dan menarik diri dari Ukraina demi perdamaian internasional dan stabilitas ekonomi,” kata Blinken.
“Sayangnya, pertemuan ini kembali dirusak oleh perang Rusia yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan melawan Ukraina,” imbuhnya.
Tanggapan Negara-negara G20 Lainnya
Dalam forum tersebut, Blinken mendapat dukungan dari negara mitra, seperti Belanda, Jerman, dan Prancis.
Sementara itu, Rusia justru menuduh Barat mengubah agenda G20 menjadi “lelucon”. Sebagai tambahan, menyebut delegasi Barat ingin mengalihkan tanggung jawab atas kegagalan ekonomi mereka ke Moskow.
Mengetahui perdebatan tersebut, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock turut angkat bicara.
“Sayangnya, satu anggota G20 menghalangi 19 anggota lainnya untuk memfokuskan semua upaya mereka pada isu-isu yang menjadi tujuan G20 dibuat,” kata Baerbock.
“Saya meminta Anda, Tuan Lavrov, untuk kembali ke penerapan penuh New START (perjanjian senjata nuklir) dan untuk melanjutkan dialog dengan AS. Karena, seperti yang ditunjukkan China dalam rencana 12 poinnya, ancaman senjata nuklir harus dihentikan,” lanjutnya.
Pada pekan lalu, Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia menangguhkan partisipasi dalam perjanjian START terbaru. Hal ini terjadi, setelah menuduh Barat terlibat langsung dalam upaya menyerang pangkalan udara strategisnya.
Sayangnya, tuduhan tersebut tidak disertai bukti kuat dari pihak Rusia.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov saat berbicara di konferensi PBB di Jenewa, menyebut AS telah berupaya menyelidiki keamanan fasilitas strategis Rusia.
Hal itu menurutnya, dilihat di bawah Perjanjian START Baru dengan membantu rezim Kyiv dalam melakukan serangan bersenjata terhadap mereka.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.