Selanjutnya, sebagian besar masyarakat Indonesia sendiri, mengobati diabetes dengan cara menurunkan dan mengurangi kadar konsumsi gula. Adapun, dengan menggunakan obat sintetis yang diketahui memiliki efek samping berbahaya untuk organ.
Itulah mengapa, para peneliti menggunakan tanaman obat untuk meneliti kegunaan dan aktivitas jenis tanaman tersebut sebagai anti diabetes.
Dalam penelitian Lilik sendiri, ia menggunakan suatu ‘pendekatan’ docking terlebih dahulu untuk memprediksi senyawa aktif dari berbagai jenis tanaman.
Sehingga, ia pun memperoleh nilai reranc score aktif dari berbagai jenis tanaman. Diketahui, nilai terbaik pada tanaman obat yang ditelitinya, yaitu Yakon, Stevia, Salam, dan Teh.
Kemudian, penelitian dilanjutkan ke metode yang dilakukan, untuk mengetahui metode yang optimum. Bahkan, dilakukan juga ekstraksi cair-cair, hingga diperoleh fraksi yang terbaik.
Hasil Penelitian Lilik di Webinar BRIN
Hasil dari penelitian Lilik ini, menunjukkan bahwa adanya perolehan nilai IC50 (pengukuran) terbaik ekstrak dan fraksi tunggal, maupun kombinasi.
Penelitian juga dapat memperoleh dosis optimum, dalam menurunkan kadar gula dan penghambatan penyerapan glukosa di usus.
Diketahui, fraksi ini merupakan fraksi terbaik terstandarisasi, menurut FHI dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), serta IC50 dari senyawa marker.
Sebagaimana demikian, berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh Lilik.
Untuk menjadikan tanaman yang ditelitinya ke suatu sediaan Obat Herbal Terstandar (OHT). Diketahui, masih perlu dilakukan uji praklinis, uji mutu, dan uji stabilitas selanjutnya. (ala/adk)