Ia mengatakan bahwa kondisi yang dialami oleh China ini merupakan akibat dari adanya pembuatan kebijakan yang dibatasi dalam memberikan stimulus yang berarti.
“Kami menilai bahwa hambatan pertumbuhan cenderung terus-menerus. Sementara pembuat kebijakan dibatasi oleh pertimbangan ekonomi dan politik dalam memberikan stimulus yang berarti,” tuturnya.
Masalah Lain yang Lebih Besar
Meskipun perusahaan telah melihat stimulus yang dapat diambil sebagai langkah untuk menghadapi masalah ini, dikatakan bahwa itu tidak akan cukup.
Karena di samping adanya tekanan dan penurunan, ada masalah besar yang dihadapi China, yaitu sentimen mengenai kekuatan ekonomi negaranya yang lemah.
“Dengan tantangan berkelanjutan dari pasar properti, pesimisme yang meluas di antara konsumen dan pengusaha swasta, dan hanya pelonggaran kebijakan yang moderat untuk sebagian mengimbangi hambatan pertumbuhan yang kuat, kami menurunkan perkiraan PDB riil 2023 kami,” ucap Hui Shan.
Pemerintah China itu sendiri telah menetapkan target pertumbuhan PDB moderat sekitar sebesar 5% untuk tahun ini.
Target pertumbuhan PDB ini ditetapkan setelah China gagal mencapai target pada 2022, kemudian berdasarkan informasi dari media, pemerintah telah melaporkan kabinet untuk melakukan pertemuan.
Pertemuan ini dilakukan pada Jumat untuk membahas langkah-langkah yang diambil sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi negara.
Hal ini telah sedikit menurunkan beberapa suku bunga utama dalam beberapa hari terakhir, yang dipandang sebagai pembuka jalan bagi pemotongan suku bunga acuan pinjaman utama pada hari Selasa. (ala/fau)