Pengalaman para pengungsi berfungsi sebagai pengingat akan keharusan untuk memastikan bahwa daerah-daerah tersebut benar-benar memenuhi tujuan kemanusiaan mereka. Juga memberikan dukungan dan perlindungan yang diperlukan bagi mereka yang mencari perlindungan di dalamnya.
Ketidakpuasan yang diungkapkan oleh para pengungsi dari Al-Mawasi menggarisbawahi pentingnya mengevaluasi secara menyeluruh kondisi di dalam zona kemanusiaan yang ditunjuk untuk mengatasi masalah dan memastikan bahwa hal itu sejalan dengan tujuan yang dimaksudkan.
Panduan berkelanjutan bagi warga sipil untuk pindah ke daerah tersebut, menyoroti perlunya penilaian yang komprehensif dan transparan tentang kesesuaian zona dan kemampuannya untuk menjaga kesejahteraan penduduknya.
Jika melihat area pengungsian tersebut dari segi lokasi Al Mawasi memang bukanlah lokasi ideal untuk menampung para korban konflik.
Al-Mawasi adalah sebidang tanah sempit di tepi Laut Mediterania. Ini memiliki sedikit bangunan dan sebagian besar terdiri dari bukit pasir dan lahan pertanian.
Zona yang ditetapkan sebagai zona aman oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), hanya seluas 8,5 km persegi (3,3 mil persegi).
Salah satu pengungsi yaitu Reem Abd Rabu bahkan mengaku telah menghabiskan beberapa minggu terakhir tidur di tanah dan berbagi tenda dengan empat keluarga lainnya di daerah tersebut.
Selain itu, ia juga mengeluhkan bahwa air di daerah tersebut sangat terbatas.
“Air datang dalam satu hari dan tidak untuk 10 hari berikutnya, bahkan di kamar mandi. Hal yang sama berlaku untuk listrik,” ungkapnya. (paa/ads)
