Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Debut Birkenstock di IPO Amerika Serikat Di Luar Ekspektasi 

Salah satu kantor Birkenstock (The Andal Post/Nabila Safwa Ashari)

ANDALPOST.COM — Secara mengejutkan, Birkenstock, produsen sandal ikonik Jerman, menghadapi debut pasar yang mengecewakan di New York Stock Exchange (NYSE). 

Meskipun terdapat ekspektasi yang tinggi terhadap IPO perusahaan tersebut, harga saham kesulitan mendapatkan momentum. Sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai prospek masa depan perusahaan di pasar alas kaki AS yang kompetitif.

Perusahaan ini, yang terkenal dengan sandal dan bakiak bersol gabus yang nyaman, telah menghasilkan antisipasi yang signifikan untuk penawaran umum perdana (IPO). 

Sebab perusahaan berupaya memanfaatkan tren pertumbuhan “ugly chic” dan meningkatnya permintaan akan produk yang ramah lingkungan dan nyaman.

Namun, kinerja saham pada hari pertama perdagangan tidak sesuai dengan ekspektasi tinggi tersebut.

Saham Birkenstock dibuka pada $20, sedikit di bawah kisaran yang diharapkan, dan kesulitan untuk mendapatkan daya tarik sepanjang sesi perdagangan. 

Pada bel penutupan, saham tersebut turun sekitar 8% dari harga awalnya, mengakhiri hari pada $18,40 per saham. Debut yang mengecewakan ini menandai kemunduran yang mengejutkan bagi merek tersebut.

Mengingat kesuksesannya baru-baru ini dan valuasinya sebesar $4,8 miliar setelah diakuisisi oleh L Catterton pada tahun 2021.

Dugaan Faktor 

  • Persaingan

Pasar alas kaki Amerika sangat kompetitif, dengan merek-merek terkenal dan pesaing-pesaing baru yang lebih trendi bersaing untuk mendapatkan perhatian konsumen. 

Perusahaan mungkin merasakan tekanan dari lapangan yang padat.

  • Sentimen Pasar

Sentimen pasar dapat memainkan peran penting dalam kinerja saham. Fakta bahwa saham Birkenstock jatuh pada hari pertama perdagangannya mungkin membuat calon investor patah semangat.

  • Waktu

Waktu IPO mungkin kurang menguntungkan dibandingkan perkiraan. Sebab kondisi ekonomi dan sentimen investor dapat berfluktuasi dengan cepat.

  • Potensi kejenuhan yang berlebihan

Tren “ugly chic” yang meningkatkan popularitas Birkenstock mungkin mencapai titik jenuh, karena konsumen mencari pilihan lain.

  • Kemitraan Ritel

Sebagian besar penjualan Birkenstock secara historis berasal dari kemitraan ritel dengan department store dan butik. Perubahan dalam lanskap ritel, termasuk pertumbuhan e-commerce, mungkin telah mempengaruhi strategi distribusi merek tersebut.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.