ANDALPOST.COM – Salah satu sekutu terdekat Amerika Serikat (AS) di Asia Timur, Jepang. Diketahui, telah mulai membeli minyak mentah dari Rusia, dengan harga di atas batas US$60 per barel, Senin (03/04/2023).
Dilaporkan, Jepang membuat AS menyetujui pengecualian tersebut. Dengan mengatakan, bahwa hal itu diperlukan untuk memastikan akses pasokan energi ke Jepang.
Tentunya, hal tersebut menunjukkan ketergantungan Jepang pada Rusia untuk bahan bakar fosil.
Alhasil, menurut para analis, hal ini berdampak dan berkontribusi pada ‘keraguan’ Tokyo untuk mendukung Ukraina lebih penuh dalam perangnya dengan Rusia.
Pemilihan Pihak dan Peran Tokyo
Setelah sanksi dunia Barat, banyak negara Eropa melepaskan diri dari minyak Rusia sebagai tanggapan atas invasi Ukraina. Namun, untuk Jepang sendiri, telah meningkatkan pembelian gas alam Rusia selama setahun terakhir.
Selanjutnya, para analis mengatakan, bahwa Jepang adalah satu-satunya negara G-7 yang tidak memasok senjata mematikan ke Ukraina.
Ditambah pula, Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida diketahui sebagai pemimpin G-7 terakhir yang mengunjungi Ukraina setelah invasi Rusia.
Tentunya, Tokyo mengatakan pihaknya akan berkomitmen untuk mendukung Kyiv. Akan tetapi, mereka tidak dapat mengirim senjata karena pembatasan ekspor yang telah lama diberlakukan oleh kabinet Jepang.
“Kami benar-benar tidak akan membiarkan tindakan keterlaluan Rusia, dan kami memberlakukan sanksi tegas terhadap Rusia. Untuk menghentikan invasi Rusia secepat mungkin,” ucap kepala juru bicara pemerintah, Hirokazu Matsuno.
Upaya AS dan Kebutuhan Pasokan Jepang
Alhasil, pembelian minyak, meskipun kecil dan disahkan oleh AS, tidak terdampak pada terobosan dalam kesatuan upaya, yang dipimpin AS. Khusunya, untuk memaksakan batas global, dengan US$60 per barel untuk pembelian minyak mentah Rusia.
Batasan itu berhasil karena negara-negara pembeli minyak, meskipun mereka tidak bersekutu dengan AS. Diketahui, umumnya perlu menggunakan asuransi dan layanan lain dari perusahaan yang berbasis di AS atau salah satu sekutunya.
Demikian, G-7, Uni Eropa, dan Australia telah menyetujui aturan yang melarang perusahaan-perusahaan tersebut untuk memberikan layanan. Tentunya, jika pembeli minyak Rusia membayar lebih dari $60 per barel.
Sebelumnya, tahun lalu, negara-negara tersebut memberikan pengecualian pembelian hingga 30 September. Ditujukan, untuk minyak yang dibeli oleh Jepang dari proyek Sakhalin-2 di Timur Jauh Rusia.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.