Bahkan, Taliban juga menutup universitas untuk perempuan muda, memaksa perempuan keluar dari pekerjaan, dan membatasi kemampuan mereka guna keluar dari rumah.
Terlebih, sekarang terbitlah larangan penggunaan alat kontrasepsi.
Sehingga, menjadi pukulan telak bagi negara dengan sistem perawatan kesehatan yang sudah rapuh itu.
Kasus Kematian Kehamilan dan Keresahan
Diketahui, satu dari 14 wanita Afghanistan meninggal lantaran berkaitan dengan kehamilan.
Alhasil, negara tersebut dinobatkan menjadi salah satu negara paling berbahaya di dunia untuk melahirkan.
Kendati begitu, Kementerian Kesehatan Masyarakat Taliban di Kabul belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai larangan alat kontrasepsi tersebut.
Di sisi lain, pejuang Taliban yang berpatroli di sepanjang jalan di Kabul mengklaim bahwa penggunaan kontrasepsi dan keluarga berencana adalah agenda barat.
Namun, bagi Zainab (17) yang telah menikah sejak dua tahun lalu mengaku terkejut atas larangan penggunaan alat kontrasepsi.
Sehingga, perempuan yang memiliki satu anak berusia 18 bulan tersebut mengaku khawatir. Ia mengaku ingin tetap menggunakan alat kontrasepsi, demi menghindari kehamilan lagi.
“Saya ingin membesarkan putri saya dengan baik dan memberikan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang layak,” tutur Zainab.
Namun, impiannya harus terkubur kala bidan memberitahunya kalau ia tidak memiliki pil kontrasepsi dan suntikan untuk ditawarkan kepada Zainab.