Lebih lanjut, Zainab mengatakan dirinya terpaksa meninggalkan bangku sekolah untuk menikah. Sehingga, ia tidak ingin sang putri bernasib sama seperti dirinya.
“Saya mencari masa depan yang berbeda untuk putri saya. Harapan terakhir untuk merencanakan hidup saya telah berakhir,” tutur Zainab.
Hak Asasi Manusia Kaum Taliban yang Terbatas
Sementara itu, seorang aktivis sosial kelahiran Afghanistan di Inggris, Shabnam Nasimi turut berkomentar atas larangan terbaru itu.
Menurutnya, kontrol Taliban tidak hanya atas hak asasi perempuan untuk bekerja dan belajar, tetapi juga hak atas tubuh mereka.
Nasimi menuturkan, kalau menjadi bagian hak asasi manusia untuk memiliki akses ke layanan keluarga berencana dan kontrasepsi tanpa paksaan.
“Otonomi dan agensi semacam itu merupakan komponen penting dari hak-hak perempuan seperti hak atas kesetaraan, non-diskriminasi, kehidupan, kesehatan seksual, kesehatan reproduksi, dan hak asasi manusia lainnya,” jelas Nasimi.
Menurut pengakuan bidan yang melarikan diri dari Kabul usai mendapat ancaman pembunuhan dari Taliban menyebut larangan itu akan mempengaruhi situasi kesehatan reproduksi negara Afganistan.
“Saya khawatir keuntungan yang kami buat dalam dekade terakhir akan hilang setelah kebijakan itu,” tegas sang bidan. (spm/ads)