ANDALPOST.COM – Industri tambang belakangan ini menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Bagaimana tidak, Indonesia yang dikaruniai sumber daya alam melimpah selama ini tidak menikmati hasil dari sumber daya alam sepenuhnya.
Pihak asing berlomba-lomba datang ke Indonesia sejak berpuluh-puluh tahun lalu dan mencoba untuk mencuri perhatian Indonesia. Pihak asing datang berkedok investasi atau penanaman modal di daerah-daerah yang berpotensi menghasilkan hasil tambang.
Di Indonesia sendiri, dari Sumatera hingga Papua tersebar banyak pertambangan. Mulai dari tambang emas, nikel, hingga tembaga. Salah satu perusahaan yang telah berdiri lebih dari 50 tahun di tanah air adalah PT. Freeport Indonesia yang terletak di tanah Papua.
Sejarah Panjang PT. Freeport di Indonesia
Dilansir dari Inews, perjanjian kerjasama antara perusahaan asal Amerika dan pemerintah Indonesia dilakukan pada tahun 1967. Presiden Soeharto yang saat itu baru menjabat membuat kebijakan untuk membuka pintu investasi terbuka lebar-lebar.
Sebelum proses penandatanganan perjanjian itu, PT. Freeport Indonesia sempat berjuang keras melawan kebangkrutan. Saat itu, salah satu direksi Freeport mendapat kesempatan bertemu dengan East Borneo Company Jan van Gruisen, yang memberitahu bahwa di sebuah gunung di Papua terdapat sumber daya alam yang sangat melimpah.
Setelah Freeport mengecek lokasi yang dimaksud, Freeport menemukan langsung sumber daya alam yang beraneka ragam, mulai dari emas hingga perak. Barulah sejak saat itu Freeport mampu bangkit dari keterpurukan.
Pada 1989, pemerintah Indonesia kembali mengeluarkan izin eksplorasi tambahan untuk 61.000 hektar. Kemudian tahun 1991, penandatanganan kontrak karya baru dilakukan untuk masa berlaku 30 tahun berikut dua kali perpanjangan 10 tahun. Ini berarti kontrak karya Freeport baru akan habis tahun 2041.
Sejak penandatanganan perjanjian, Indonesia hanya memiliki keterlibatan dalam saham 9.36%. Barulah pada tahun 2021, Indonesia mendapat persentase saham yang melonjak tajam yaitu 51% saham (divestasi).
Permintaan Jokowi
Baru-baru ini, Presiden Jokowi kembali meminta tambahan saham untuk Indonesia. Hal ini diungkapkan dalam kesempatan saat Jokowi melakukan kunjungan ke smelter Freeport yang terletak di Gresik, Jawa Timur.
“(Tambahan saham) Terus ini masih terus pembicaraan khusus. Ini kita minta tambahan. Persentasenya bukan di 51% tapi ada tambahan di persentase,” jelas Presiden Jokowi saat mengunjungi proyek pembangunan smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023).
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.