Perusahaan kemudian menanggapi sinyal darurat tersebut dengan mengirimkan pesawat lain untuk memeriksa posisi.
Pesawat ini ditemukan dengan kondisi terbakar di landasan Lapangan Terbang Distrik Paro.
Lalu dirusak oleh sekelompok separatis TPNPB-OPM yang dipimpin oleh Egianus Kogoya. Perusakan pesawat ini dilakukan setelah pendaratan di Lapangan Terbang Paro.
Pesawat yang dibawa oleh pilot berkewarganegaraan Selandia Baru ini membawa lima penumpang yang salah satunya adalah seorang bayi.
Terhitung, barang bawaan dalam pesawat ini ada seberat 425 kilogram.
TNI dan Polri Sempat Bantah Pilot Disandera
Pada Rabu (8/2), Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam wawancaranya mengatakan, bahwa lima penumpang pesawat Susi Air berhasil dievakuasi. Namun, keberadaan pilot saat itu belum diketahui keberadaannya.
Listyo kemudian membantah adanya penyanderaan.
“Untuk penumpang saat ini semuanya sudah bisa diamankan, sudah dievakuasi. Enggak ada (yang disandera),” bantahnya.
Pembantahan serupa juga diberikan oleh Panglima TNI Laksamana Yudo Margono. Ia mengatakan. bahwa Capt Phillips telah berhasil menyelamatkan dirinya setelah pembakaran pesawat dilakukan.
“Dia (pilot) kan diancam akhirnya diselamatkanlah oleh mungkin salah satu masyarakat di situ,” jelasnya.
Kemudian, bantahan ini langsung dilawan oleh pihak TPNPB-OPM dengan merilis foto Phillips Marthens.
Sebby Sambom, juru bicara TPNPB-OPM, menyebut adanya perilisan foto tersebut adalah untuk membantah klaim Panglima TNI Laksamana Yudo Margono yang menyebut bahwa pilot Susi Air bukan disandera, melainkan menyelamatkan diri.
Sementara pada keterangannya, Selasa, (14/2), Sebby mengakui tanggung jawab pihaknya atas pembakaran pesawat dan penyanderaan pilot Susi Air.
“Kami sampaikan bahwa Panglima TNI adalah pembohong besar, karena TPNPB sudah mengakui bertanggung jawab atas bakar pesawat dan sandera pilot Susi Air yang berwarga negara Selandia Baru, dan kami tepati janji kami dan bertanggungjawab secara politik,” ucapnya. (ala/ads)