Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Dollar AS Dikabarkan Tetap Kuat di tengah Krisis Utang

Dollar AS Dikabarkan Tetap Kuat di tengah Krisis Utang
Dollar AS Tetap Pekrasa Ditengah Krisis. (The Andal Post/Eeza Putri)

ANDALPOST.COM – Indeks dollar Amerika Serikat (AS) dikabarkan dalam kondisi yang tetap kuat ditengah krisis yang terjadi akibat gagal bayar utang. Hal itu terlihat dari Dollar AS yang terus menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (24/5/2023).

Utang AS memicu penghindaran risiko di kalangan investor dan beralih ke mata uang aman seperti greenback. Hal itu merupakan salah satu kekhawatiran atas pembicaraan plafon investor akibat dollar yang terus menguat .

Menurut beberapa sumber, pada Kamis (25/5/2023), indeks dollar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya. Greenback dihitung naik 0,38% menjadi 103,8847 pada akhir perdagangan.

Oleh karena itu jatuhnya pasar saham utama di seluruh dunia membebani sentimen yang malah memperkuat dollar AS.

Dampak 

Namun, Moody’s Analytics memprediksi jika default berlangsung selama kurang dari sepekan saja, perekonomian AS diduga akan merosot sedemikian cepat. Hal tersebut yang nantinya dapat mengakibatkan sekitar 1.5 juta pekerjaan lenyap.

Dollar AS Dikabarkan Tetap Kuat di tengah Krisis Utang
Harga Dollar AS Di Pasar Uang (Pintesrt)

Apabila default berkepanjangan sampai musim panas, tingkat pengangguran dapat melonjak dari 3.4% saat ini sampai 8% dan tingkat bunga kredit bakal meroket. 

Sehubungan dengan kekhawatiran tersebut  maka dikabarkan bursa saham nantinya akan rontok selama beberapa hari belakangan. Tercatat kemerosotan indeks Dow Jones dan US$500 terakselerasi sampai hampir satu persen pada awal sesi New York hari ini. 

Di saat yang sama, menurut Clay Lowery tak heran bahwa saat ini dollar AS  tetap dianggap sebagai safe haven yang paling andal membuat dollar dalam kondisi yang aman.

“Meskipun kita adalah masalahnya. Kita, Amerika Serikat tetap ada pelarian (dana) ke aset yang lebih aman,” kata Clay Lowery dari Institute of International Finance kepada Financial Times.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.