Ia memberi penilaian bahwa ketidakpatuhan ini bisa jadi akibat dari rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pelayanan fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
“Yang kita perlu tahu selain iuran, mereka harus bayar lagi untuk melakukan rujuk ke askes lebih tinggi walaupun ada bahasanya ini bisa diganti tapi ini tidak bisa diyakini oleh para peserta,” jelasnya.
Contoh Pelayanan Dinilai Kurang
Ia juga kemudian menjelaskan beberapa contoh pelayanan BPJS Kesehatan yang dinilai kurang, hingga turut mengurangi kepercayaan masyarakat juga.
“Dari kualitas pelayanan yang banyak dirasakan peserta yang tidak memadai. Kasus para nakes yang mempertontonkan bedanya BPJS dan asuransi umum, keluhan-keluhan ambulans sudah tua, obat-obatan dan alat medis yang dibutuhkan pasien. Bahwa mungkin itu salah satu cara peserta BPJS tidak melihat pelayanan,” jelasnya.
Belum lagi, proses pelayanan BPJS yang hingga kini masih dianggap sangat lambat, membuat peserta BPJS Kesehatan kecewa dan pada akhirnya mereka juga harus tetap membayar kewajibannya tiap bulan.
Oleh karena itu, melalui rapat ini, Arzeti mengatakan bahwa internal BPJS Kesehatan harus berbenah agar dapat membangun kepercayaan publik dan membuat masyarakat dengan senang hati membayar iuran, karena merasa dampak dan iuran yang dibayarkan sepadan. (ala/fau)