ANDALPOST.COM — Pada lahan pemakaman di sebelah lapangan di luar dusun Hroza yang terpencil di Ukraina, warga menyingkirkan semak-semak dan membersihkan sampah untuk memberi ruang bagi lebih banyak kuburan, Jumat (6/10/2023).
Bekerja dengan tenang, itu adalah sesuatu yang mengalihkan perhatian mereka dari serangan brutal yang terjadi sehari sebelumnya.
Saat puluhan orang berkumpul di kafe setempat untuk makan guna menghormati seorang tentara yang tewas dalam perang melawan Rusia, sebuah rudal menyerang, menewaskan sedikitnya 52 orang.
Serangan itu merupakan serangan paling mematikan selama 20 bulan pertempuran dan telah menghancurkan komunitas kecil setempat.
Keterkejutan kini berganti dengan kesedihan. Serta pertanyaan tentang bagaimana pihak Rusia bisa mengetahui adanya pertemuan yang menurut sebagian warga Hroza merupakan serangan yang disengaja.
Di antara mereka yang tewas adalah Olya (36) yang meninggalkan tiga orang anak. Nahasnya, sang suami juga meninggal dunia.
Ayahnya, Valeriy Kozyr, berada di pemakaman bersiap untuk menguburkannya dan menantu laki-lakinya.
“Akan lebih baik jika aku mati saja,” ucapnya pelan sambil menangis.
“Ya Tuhan, kamu tidak bisa menghukumku seperti ini. Meninggalkan ayah dan mengambil anak-anak!” imbuhnya.
Sambil menyeka air mata, pria berusia 61 tahun itu menjelaskan kini ia harus memikirkan cara merawat ketiga cucunya yang berusia 10, 15, dan 17 tahun.
Lebih lanjut, ia ingin menguburkan Olya dan suaminya secara berdampingan di sebuah rumah duka.
Kozyr pun mengatakan ia tidak berada di kafe pada hari Kamis (5/10/2022). Sebab Kozyr bekerja pada shift malam sebagai penjaga keamanan, sehingga terhindar dari serangan itu.
Di dekatnya, tiga bersaudara sedang menyiapkan rencana untuk menguburkan orang tua mereka, keduanya tewas dalam serangan yang dilancarkan Rusia terhadap warga sipil.
Bantah Rusia
Disisi lain, Moskow membantah menargetkan warga sipil dalam invasi besar-besaran itu.
Padahal, ribuan orang tewas dalam kampanye pemboman yang melanda blok apartemen dan restoran serta pembangkit listrik, jembatan dan gudang gandum.
“Kami kehilangan 18 orang di satu jalan tempat orang tua kami tinggal,” kata Yevhen Pyrozhok (41).
“Di satu sisi, para tetangga telah tiada, dan di sisi lain seorang perempuan telah tiada,” imbuhnya.
Para pria tersebut mengatakan tidak tahu kapan dapat mengadakan pemakaman karena jenazah orang tua mereka masih diperiksa oleh penyelidik di Kharkiv, kota besar terdekat di timur laut Ukraina. Tetapi, semua korban belum teridentifikasi.
Penyelidik kepolisian daerah Serhiy Bolvinov mengatakan pihak berwenang harus menggunakan DNA untuk mengidentifikasi beberapa korban. Sebab jenazah mereka tidak dapat dikenali lagi.
“Mayat tergeletak di sana, di halaman itu, dan tidak ada yang bisa mengidentifikasi mereka,” kata Valentyna Kozienko (73).
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.