ANDALPOST.COM – Perusahaan Retail peralatan rumah tangga Inggris, Wilko telah mengumumkan bahwa perusahaannya tengah berada di ambang kebangkrutan pada hari Kamis (10/8/2023). Kebangkrutan tersebut diduga akan mengancam 400 toko dan 12.500 pekerjaan, jika dalam waktu dekat transaksi di toko retail ini belum membaik.
Setelah gagal mendapatkan modal darurat dan mengalami krisis likuiditas akibat perlambatan perdagangan, perusahaan keluarga itu mencari perlindungan kreditur. Namun, langkah yang diambil tersebut tidaklah tepat sebab kreditur tidak bisa membantu perusahaan bangkit dari keterpurukan.
Perekonomian Inggris memang sedang berada dalam kegelapan. Sejak awal tahun, ekonomi Inggris mengalami perlambatan. Hal ini dikarenakan inflasi yang begitu tinggi membuat para keluarga di Inggris berpikir keras saat ingin berbelanja.
Tidak hanya itu, bunga yang lebih tinggi memperpanjang penderitaan bahkan ketika inflasi melambat. Sehingga, masyarakat yang dulunya suka menggunakan pinjaman atau bahkan kartu kredit mulai enggan menggunakan layanan perbankan tersebut.
Di masa sulit ini, Wilko harus mencari cara untuk tetap bisa eksis di wilayah Inggris. Menurut sang pimpinan, Wilko telah melakukan segala cara untuk mempertahankan perusahaan itu.
“Kami tidak meninggalkan batu yang tidak terbalik ketika datang untuk mempertahankan bisnis yang luar biasa ini tetapi harus mengakui bahwa dengan menyesal, kami tidak memiliki pilihan selain membuat keputusan sulit untuk memasuki administrasi,” kata CEO Wilko, Mark Jackson.
Istilah Administrasi di Dunia Bisnis
Jika sebuah perusahaan tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk melanjutkan proses perdagangan, perusahaan akan kemungkinan besar mengalami insolvent. Meski kurang lebih sama dengan pailit, insolvent ternyata cukup berbeda.
Istilah debitur insolven dimaksudkan bagi debitur yang tidak bisa membayar utang. Keadaan insolvent adalah ketika debitur tidak dapat melunasi utang kepada semua krediturnya dan memiliki jumlah utang yang melebihi jumlah harta kekayaannya.
Seorang administrator akan ditunjuk sebagai praktisi solvabilitas yang tidak terkait dengan perusahaan. Nantinya, praktisi tersebut akan berusaha memberikan arahan kepada perusahaan langkah mana saja yang berpotensi memiliki dampak paling kecil.
Dalam kasus Wilko, PwC ditunjuk menjadi kantor akuntan yang akan memandu Wilko untuk tetap bertahan meski sudah dalam keadaan terburuknya. Dilansir dari Reuters, PwC mengatakan toko ritel yang berada di Inggris tersebut akan terus beroperasi secara normal.
Pihak petinggi Wilko, PwC, pihak perbankan, dan juga otoritas inggris terus akan melakukan diskusi untuk menentukan masa depan perusahaan tersebut.
Di sisi lain, PwC terus memperingatkan bahwa hal terburuk memang tidak bisa dihindarkan. Jika minat pembeli masih tidak ada, maka Wilko harus ditutup karena jika dipaksakan hanya akan menambah biaya operasional.
Wilko memiliki pendapatan tahunan 1,2 miliar pound ($ 1,53 miliar), menjual segala sesuatu dari perangkat keras hingga peralatan pembersihan, mainan, dan peralatan kebun. Ini adalah kerugian ritel terbesar di Inggris sejak rantai toko perbelanjaan McColl’s runtuh pada Mei tahun lalu.
McColl’s kemudian dibeli oleh kelompok supermarket Morrisons. Jackson mengatakan Wilko telah menerima “tingkat minat yang signifikan”, termasuk penawaran indikatif yang dapat memulihkan modal bisnis.
Namun, “tanpa jaminan bahwa kami dapat menyelesaikan kesepakatan dalam jangka waktu yang diperlukan dan mengingat posisi tunai, kami tidak memiliki pilihan selain mengambil tindakan yang tidak menyenangkan ini,” katanya. (paa/rge)