Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat
Meski hanya di sektor pejabat, tetapi di khawatirkan hal ini akan meluas jika adanya salah makna atau arti. Tentunya akan mempengaruhi pendapatan masyarakat.
“Untuk menyambut bulan Ramadhan, banyak kalangan pedagang yang sudah stok barang dalam jumlah banyak sebagai antisipasi kenaikan permintaan saat Ramadan. Maka seyogyanya Ramadhan tahun ini menjadi momentum konsumsi rumah tangga secara musiman tumbuh dengan signifikan. Dampak positif berupa kenaikan pendapatan masyarakat ini dikhawatirkan akan hilang dengan adanya kebijakan larangan buka puasa bersama,” jelas Anis.
Orang yang sekaligus menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI itu, punya pendapat bahwa kebijakan tersebut tidak arif bagi umat muslim.
Pasalnya, makna dari Ramadhan adalah meningkatkan silaturahmi. Salah satunya dapat diwujudkan dengan momentum buka bersama.
Anis menambahkan, jika adanya alasan terkait masa transisi dari pandemi menuju endemi hal ini kontraproduktif. Mengingat banyak sekali konser yang digelar dengan ribuan masa.
Tentunya keberhasilan konser itu terjadi atas ijin dari pemerintah terkait.
“Kalau memang alasannya karena penanganan Covid-19 saat ini dalam transisi dari pandemi menuju endemi sehingga masih diperlukan kehati-hatian, tentu ini tidak arif dan sangat tidak tepat di tengah kegiatan konser musik yang mengundang ribuan massa saja sudah diperbolehkan,” tambah Anis.
“Momentum berbuka puasa bersama di bulan Ramadhan, janganlah hanya dinilai dan dimaknai hanya kumpul-kumpul makan bersama saja. Tetapi, lebih pada adanya nilai-nilai spiritual bagi umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa selama sebulan di bulan Ramadhan,” urainya.
Memang larangan ini masih banyak celah yang bisa diperdebatkan. Pasalnya ajang bukber khususnya sesama pejabat bisa menjadi ajang silaturahmi mereka.
Dampak positif dari kegiatan tersebut tentu membuat hubungan kerja antar instansi menjadi kuat dan bisa bekerjasama. (pam/ads)