Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Gambarkan Situasi Dunia, Video Game Mulai Adakan Unsur Politis

Gambarkan Situasi Dunia, Video Game Mulai Adakan Unsur Politis
Potongan dari cuplikan game Metal Gear Solid 4 yang menampilkan karakter utama game tersebut, Solid Snake. Sumber: YouTube

ANDALPOST.COM – Seringkali kita mendengar penggemar game mengatakan bahwa “game zaman sekarang mulai politis,”. Hal itu merupakan respons masyarakat kepada beberapa tema sosial yang diangkat dalam sebuah game.

Antara lain ketika Hogwarts Legacy merepresentasikan karakter trans dalam gamenya, ketika VALORANT mengungkapkan bahwa kedua agent perempuan yang bisa dimainkanna. Raze dan Killjoy menjalin hubungan dengan satu sama lain. Atau ketika game Spider-Man: Miles Morales membuat penghormatan dalam gamenya terhadap gerakan Black Lives Matter. Hal ini terjadi muncul karena kekerasan polisi terhadap pria berkulit hitam, George Floyd.

Namun, nampaknya, video game yang dikatakan ‘politis’ hanya dikatakan demikian. Karena mereka mengangkat isu sosial yang akhir-akhir ini sering diperdebatkan di seluruh dunia semenjak pandemi dimulai. Termasuk, isu ras dan LGBTQ+ yang tidak ayal dicap sebagai isu ‘woke’ oleh kaum konservatif di Amerika Serikat.

Memang benar isu-isu tersebut memang sesuatu yang politikal. Orang-orang yang sama yang mengutuk hal tersebut untuk dimuat dalam sebuah video game. Mereka bersumpah untuk tidak akan memainkan game tersebut atau memboikotnya.

Sayangnya, kerap kali mereka tidak juga menyadari bahwa game lain yang mereka mainkan juga mengandung unsur ‘politik’.

Video Game Sudah Lama Politis

Bertentangan dengan kepercayaan populer, game tidak semerta-merta ‘politis’ mulai dari tahun 2020.

Di antaranya, game populer dengan unsur politik yang sudah lama keluar adalah Metal Gear Solid 4 karya Hideo Kojima yang dirilis pada tahun 2008 silam.

Gambarkan Situasi Dunia, Video Game Mulai Adakan Unsur Politis
Niko Bellic dalam GTA IV: San Andreas yang rilis pada tahun 2009 silam. Sumber: Rockstar

Game tersebut sempat menjual lebih dari 3 juta salinan di hari rilisnya dan menjual kurang lebih 77.208 salinan 

“MGS4 menggambarkan generasi berikutnya dari perang proksi dan ekonomi perang yang dilancarkan oleh senjata tak berawak dan PMC. Masa depan di mana para pihak tidak berperang, tetapi diwakili oleh drone, tentara proksi, dan perusahaan,” jelas Kojima dalam sebuah cuitan Twitter.

“Di masa depan, mereka yang menjual atau menyewakan senjata memperkenalkan SOP untuk mengendalikan medan perang sepenuhnya. Konsep ‘pencucian senjata’ juga akan muncul, yang memungkinkan para pihak untuk lepas dari SOP. Selain itu, dengan menekan SOP, medan perang dapat dikendalikan,” sambung Kojima memaparkan pada Minggu (23/4/2023).

Dalam kolom komentar tersebut, terdapat penggemar yang protes terhadap Kojima, “Bro, kenapa anda membuatnya politis?”

Membalas sanggahan tersebut, cuitan lain menimpalkan, “Apakah anda bahkan memainkan game Metal Gear, bro?”

Tidak hanya Metal Gear Solid 4 saja, waralaba game Grand Theft Auto (GTA) yang terkenal semenjak perilisannya pada tahun 1997 sampai edisi ke-5. Sekarang yang terakhir kali rilis pada tahun 2013 pun termasuk video game yang politis.

Terutama, instalasi ke-4 game tersebut yaitu Grand Theft Auto IV: San Andreas.

Mencerminkan Keadaan Dunia

Dalam GTA IV, pemain disuguhkan permainan dari sudut pandang karakter yang merupakan seorang imigran Amerika asal Eropa Timur.

Salah satu bagian paling menonjol yang membuat karakter Niko ‘politis’ adalah bagaimana ia emosional tiap kali membicarakan tentang perang.

“Perang adalah tempat yang muda dan bodoh ditipu oleh yang tua dan yang getir untuk membunuh satu sama lain,” ucapnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.