ANDALPOST.COM – Gempa bumi bermagnitudo 5,5 melanda daerah Pingyuan di provinsi Shandong, China timur, pada Minggu (06/08/2023) pagi.
Bencana itu terjadi pada pukul 02:33 waktu setempat dengan kedalaman 10 km di pusat gempa, menurut China Earthquake Networks Center, anak perusahaan dari China Earthquake Administration.
Insiden tersebut menjadi gempa terkuat yang melanda provinsi China timur lebih dari satu dekade.
Gempa dirasakan hingga Beijing dan Tianjin, serta di Shanghai, sekitar 800 km dari pusat gempa.
Video di media sosial menunjukkan lampu serta tanah bergetar. Warga setempat pun panik dan berusaha menyelamatkan diri.
Usai mereda, terlihat orang-orang memeriksa kondisi rumah mereka yang telah hancur.
“Gempanya sangat kuat, selama gempa, kepala saya gemetar di atas bantal, saya pikir saya mengalami mimpi buruk,” satu orang memposting di platform media sosial Weibo dari provinsi tetangga Shandong, Hebei.
Sementara itu, bencana alam tersebut menyebabkan 23 orang terluka serta 126 rumah luluh lantak.
Kerusakan itu tertangkap oleh CCTV penyiar negara China.
Selain itu, insiden ini juga mengakibatkan 23 orang dari kota Dezhou dan Liaocheng terluka.
Kerusakan Akibat Gempa
Sistem PAGER USGS yang memberikan penilaian awal tentang dampak gempa bumi, mengeluarkan peringatan merah, memperkirakan kerusakan yang luas dan kemungkinan beberapa korban jiwa, berdasarkan data gempa sebelumnya.
Pada Minggu malam, gempa telah menyebabkan 23 orang cedera di Kabupaten Pingyuan, Kota Dezhou.
Dimana 10 orang mengalami luka ringan dan sisanya menderita luka berat, menurut akun resmi WeChat kota itu, mengutip Komando Lapangan Gempa. Selain itu, banyak rumah warga yang rata dengan tanah.
Batu bata berserakan di tanah dekat pusat gempa di daerah pedesaan dan berpenduduk jarang, tetapi kerusakan tampaknya relatif kecil.
Penduduk setempat membantu operasi pembersihan di satu desa, dengan sekelompok empat wanita lanjut usia memasang kembali tembok bata rendah di luar halaman yang ditumbuhi tanaman.
Deng Hongqiang (55) Deng Hongqiang memasang kembali tembok di rumahnya yang tidak berpenghuni. Dia mengaku tersentak bangun saat gempa melanda wilayahnya.
“Pada saat itu, yang saya tahu hanyalah tanah berguncang, jadi saya keluar. Tidak ada cara untuk memperbaiki rumah ini. Saya harus menghancurkannya dan membangun kembali,” bebernya.
Sementara warga berusaha memperbaiki bangunan rumah mereka, para perawat harus fokus menangani para korban yang terluka di Rumah Sakit Rakyat Pertama.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.