Meskipun gencatan senjata menawarkan kelonggaran sesaat bagi warga Palestina di Gaza, sejumlah besar pengungsi yang meninggalkan zona konflik. Bahkan mencari perlindungan di wilayah selatan diperkirakan tidak akan segera kembali ke rumah mereka.
Kesepakatan tersebut memberikan penangguhan hukuman sementara dan bukan penyelesaian komprehensif atas permasalahan mendasar. Sehingga membuka pintu bagi kemungkinan dimulainya kembali permusuhan setelah periode empat hari berakhir.
Perkembangan ini menggarisbawahi betapa rumitnya konflik Israel-Palestina dan rumitnya upaya mencapai perdamaian abadi.
Keterlibatan mediator regional dan internasional mencerminkan pengakuan akan perlunya intervensi eksternal untuk memfasilitasi dialog dan deeskalasi.
Apalagi ditambah dengan pernyataan Netanyahu yang menyatakan bahwa serangan Israel untuk mencegah Hamas menguasai wilayah Gaza akan terus berlanjut setelah gencatan senjata.
“Kami sedang berperang, dan kami akan melanjutkan perang ini sampai kami mencapai semua tujuan kami,” kata Netanyahu.
Penghentian sementara pertempuran, betapapun singkatnya, dapat memberikan sedikit bantuan kepada warga sipil Palestina di Gaza.
Lebih dari satu juta warga Gaza terpaksa mengungsi, dan warga sipil semakin kekurangan kebutuhan dasar seperti makanan dan air.
Sebagai bagian dari serangannya terhadap Hamas, Israel telah memutus aliran listrik ke Gaza dan memblokir pengiriman sebagian besar bahan bakar. Dengan mengatakan bahwa bahan bakar tersebut dapat dialihkan untuk digunakan oleh kelompok bersenjata tersebut. (paa/ads)